47. BROTHER

2.3K 108 50
                                    

Happy Reading!!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di setiap part-nya🧡

° ° ° ° °

Setelah kemarin hampir seharian menahan rasa sakit di perutnya, kini perut Serra sudah lebih membaik, walaupun nanti beberapa menit ke depannya terjadi nyeri lagi, namun setelah itu akan menghilang dengan sendirinya.

Saat ini, Serra sedang berjalan di koridor sendirian untuk menuju ke kantin, sedangkan Selina, gadis itu sudah duluan pergi ke kantin bersama Ibnu. Tadi, Serra harus pergi ke ruang Guru terlebih dahulu untuk mengikuti ulangan susulan, karena ternyata, kemarin di jam terakhirnya, Guru mapel Bahasa Inggris telah mengadakan ulangan dadakan. Beruntungnya tadi Serra bisa mengerjakan soal itu dengan mudah, apa lagi beberapa soal sudah di spill oleh Selina yang masih mengingat apa saja soal-soal yang keluar di ulangan kemarin.

Saat asik berjalan melewati koridor yang tidak begitu ramai, tiba-tiba Serra bertemu dengan Akasa yang baru saja berbelok dari arah perpustakaan. Di lihat dari Akasa yang menggenggam satu buku, sepertinya laki-laki itu baru saja meminjam buku.

"Tumben rajin?" sindir Serra meledek.

"Dari dulu gue emang rajin, gak kayak lo," sarkas Akasa.

Serra hanya mencibir pelan menatap sepupunya itu.

Akasa diam sebentar menatap sepupunya itu, sebelum akhirnya, dia meminta Serra untuk mengikuti langkah dirinya. "Ikut gue sebentar."

Serra menatap Akasa dengan bingung, ketika lelaki itu mulai menjauh dari dirinya. Namun tak urung, Serra tetap mengikuti langkah Akasa, hingga mereka tiba di sebuah koridor yang cukup sepi. Koridor yang sering orang-orang lewati, saat ingin meletakkan barang yang sudah tidak terpakai ke gudang. Jadi di SMA TRI SATYA ini tidak hanya memiliki satu gudang saja, namun ada tiga gudang, salah satunya ada di sini, dan di tempat yang kemarin Serra membawa Alden ke sana, satunya lagi Serra tidak tau.

"Kenapa?" tanya Serra, begitu mereka sudah saling berhadapan.

"Udah berapa persen lo cari bukti kematian Melisa?" Selain tau alasan kepindahan gadis itu, Akasa juga tau mengenai mimpi Serra yang sering kali dia ceritakan kepadanya.

"Em.. baru 50% mungkin? Gue udah cari tau sedikit-sedikit tentang masalah ini. Dan kemungkinan, ini gak ada sangkut pautnya sama anggota BLACK WOLF," ucap Serra. "Tapi sama mantan anggota BLACK WOLF," imbuhnya.

Mata Akasa memicing, menatap Serra dengan bingung. "Mantan BLACK WOLF?" beonya.

Serra mengangguk. "Kemarin Melisa datang ke mimpi gue lagi. Dia lihatin gue sesuatu, yang ternyata sebuah foto Melisa sama Alden. Gue juga udah buktiin ke rumah Melisa, dan ternyata foto itu emang beneran ada."

"Alden?" kaget Akasa.

Lagi dan lagi Serra mengangguk. "Gue udah interogasi Alden. Dia ngaku, kalo Melisa emang pacarnya. Dia juga udah jelasin ke gue, kalo dia bukan pembunuhnya. Tapi gue gak mungkin percaya gitu aja, gue gak punya bukti yang kuat, jadi gue jadiin dia tersangka sementara sampai nanti Melisa datang lagi ke mimpi gue."

Akasa mengangguk setuju atas apa yang sepupunya itu katakan.

"Kalo butuh bantuan kasih tau gue."

"Pasti."

Setelah itu, hening terjadi hingga beberapa detik di antara mereka.

"Oh ya, gue mau ngomong sesuatu sama lo, tapi lupa kemarin."

SERIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang