BAB 2

4.3K 423 21
                                    

Selesai makan malam, kedua keluarga itu kembali berpindah ke living room.

Gongyo ingin membuka suara tapi sepertinya dia masih kaku karena belum terbiasa berkomunikasi dengan Jennie. Biar bagaimanapun, maksud kedatangan mereka untuk membicarakan tentang pernikahan, dan sudah pasti Jennie memiliki peran penting dalam pembahasan ini.

Nana bisa merasakan kegelisahan suaminya jadi dia berdiri dari tempat duduknya lalu duduk di samping Jennie.

Jennie pun melihat Nana dengan senyum malu-malu,

"Paman ingin berbicara. Bisakah Jennie focus padanya agar bisa mengerti?" Kata Nana dengan lembut.

Jennie mengangguk, "Oke Bibi." Jawab Jennie dengan senyum manis lalu melihat ke arah Gongyo dengan serius.

Ayah dari Lalisa memberikan senyum lalu mulai berbicara dengan benar, "Mungkin karena kita kelaparan, aku dan Istriku belum sempat memperkenalkan Putraku ini." Karena Jennie mengerti jadi dia tertawa dengan yang lainnya.

"Ini Putraku, namanya Lalisa Bruschweiler, aku memiliki satu orang putri tapi dia sedang mengambil S2 di America jadi tidak bisa hadir. Maksud kedatangan kami kesini ingin melamar Jennie untuk Putraku, apakah sampai disini Jennie mengerti?" Kata Gongyo lalu bertanya pada Jennie.

Jennie langsung melihat ke arah Lisa yang juga menatapnya dengan datar, Jennie hanya mengangguk saja.

"Apakah Jennie tidak menolak? Atau mungkin Jennie ingin mengatakan sesuatu?" Tanya Gongyo dengan sabar.

Melihat bagaimana calon besannya seperti ini, membuat keluarga Kim merasa lega. Hanya saja mereka memikirkan Lisa karena sedari tadi pria itu hanya diam seperti patung dan tanpa ekspresi.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu Paman. Disini yang memiliki keterbatasan adalah aku, apakah L-lisa mau menikah dengan wanita tuli sepertiku?" Jawab Jennie, ketika mau menyebutkan nama Lisa, dia sedikit gagap karena gugup.

Nara, Soohyun dan Jisoo tidak menyukai perkataan Jennie tapi Jisoo yang memberikan respon dengan gerakkan tangannya.

"Jangan berkata seperti itu. Keterbatasanmu itulah yang membuatmu istimewah." Bukan hanya gerakkan tangannya yang berbicara, mulutnya juga mengeluarkan suara agar semua orang mendengarnya.

Nana mengangguk menyetujui itu, "Benar. Jika Tuhan mengijinkan untukmu terlahir seperti ini, berarti Dia punya alasannya." Tambah Nana.

Jennie hanya menunduk dan tersenyum sendu, "Tapi semua pria selalu lari dariku. Mereka hanya menginginkan tubuhku Bibi. Aku tahu itu. Jadi aku hanya ingin bertanya saja, aku tidak mau dia merasa malu karena memiliki Istri tuli sepertiku." Jawab Jennie dengan sedih.

Mata Nara dan Soohyun memerah. Mereka berusaha keras untuk membuat Jennie bisa mendengar tapi hasilnya selalu mengecewakan.

Sementara Lisa menatap wanita tunarungu itu dengan seksama, dia ingin berbicara tapi kepala Jennie sedang tertunduk. Dia mulai merasa kesal karena terlalu rumit padahal hanya ingin berbicara.

Akhirnya dia melihat Ayah dan Ibu Jennie lalu membuka mulutnya, "Paman, Bibi, aku akan jujur saja. Awalnya aku tidak setuju untuk semua ide ini, tapi aku pikir, tidak ada salahnya untuk mencoba. Meskipun kita tidak saling kenal, tapi aku bukan tipe pria yang kasar atau ringan tangan. Aku juga ingin jika pernikahan kita ini di rahasiakan, bukannya aku malu dengan kondisinya, hanya saja aku memikirkan perasaannya bagaimana kalau dia tahu aku di hina hanya karena kekurangan itu? Aku tidak mau dia merasa bersalah. Aku janji, jika aku sudah benar-benar mencintainya, aku sendiri yang akan memperkenalkannya kepada dunia…"

"...berikan aku waktu 2 tahun, jika aku gagal, aku akan membawanya pulang secara baik-baik. Aku juga berjanji untuk tidak akan menyentuhnya jika dia sendiri tidak mau untuk ku sentuh. Perjodohan ini terlalu tiba-tiba untukku, jadi maafkan aku jika sikapku seperti ini. Aku harap Bibi dan Paman bisa mengerti." Jelas Lisa panjang lebar dengan gentle.

VICTIMIZATION. (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang