BAB 20

3.4K 321 3
                                    

The Next Day.
JNK Island, 07:00 am.

Rasanya pagi ini ada yang berbeda, setidaknya itu yang di rasakan oleh Nana, Wendy, Joy, Sehun, Haru, dan Jisoo. Sedangkan Jennie dan Moonbyul sudah mengerti kenapa pagi ini sedikit berbeda. Sementara Davika tidak begitu memperhatikan karena dia sibuk dengan buku catatan yang Jennie berikan padanya tadi malam.

“Eonnie, ada hal-hal yang tidak aku mengerti.” Kata Davika yang pertama kali membuka suaranya. Mereka sedang di meja makan, sedang sarapan.

“Simpan dulu buku itu dan perhatikan makananmu.” Davika tertegun mendengar suara Kakaknya yang terkesan dingin.

Nana mengelus lengan anak gadisnya lalu mengangguk meminta Davika tenang, dia tahu ada yang tidak beres dengan anak sulungnya. Mau tidak mau, akhirnya Davika mengiyakan lalu menyimpan bukunya.

“Kita akan bahas itu setelah selesai makan.” Kata Jennie dengan senyum manis.

Beberapa orang yang lain tidak memiliki selerah untuk makan lagi karena melihat Lisa seperti sedang dalam suasana hati yang buruk, tapi di antara mereka tidak ada yang berani bertanya. 

Sesi sarapan berjalan dalam keheningan hingga Lisa yang lebih dulu bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.

“Apakah kalian bertengkar?” Tanya Nana pada Jennie.

Jennie mengangguk, “Sedikit Ibu. Tapi tidak apa-apa, aku akan menyusulnya sekarang, kalian lanjutkan makan saja.” Jawab Jennie dengan tenang.

Nana hanya mengangguk lalu melanjutkan makannya seperti yang lain. Jennie benar-benar menutupi alasan kenapa suaminya seperti ini. Tentu saja Jennie hanya berbohong, mereka tidak bertengkar, Lisa seperti ini karena email-email yang dia lihat itu.

Jennie menyusul Lisa ke kamar mereka, pagi ini mereka berdua berencana untuk kembali ke Pulau milik Lisa, sedangkan yang lain akan kembali ke Seoul meninggalkan Nana dan Davika disini.

Setibanya Jennie di kamarnya, dia melihat Lisa sedang berdiri menikmati rokoknya. Kemudian Jennie melangkah dan memeluk suaminya dari belakang.

“Apa yang mengganggumu Sayang?” Tanya Jennie dengan lembut.

“Aku tidak tahu bagaimana harus mengambil sikap, aku tidak sanggup melihat Ibuku tersenyum disaat aku mengetahui apa saja yang di lakukan oleh bajingan tua itu. Perasaanku menjadi sensitive skali Jen, aku harus bagaimana? Semua ini terlalu berat untukku.” jawab Lisa dengan tenang namun matanya memerah.

Dengan lembut Jennie mengusap dada suaminya.

“Meskipun berat, bersukacitalah. Seperti yang sudah aku katakan padamu, musuh akan semakin bahagia jika melihatmu terpuruk, aku ingin melihat suamiku yang tampan ini tampil dengan gagah dan senyum manisnya di depan semua orang, karena itu yang membuatku bahagia. Jika kau merasa tidak mampu, peluk aku dan sembunyikan wajah sedihmu di dadaku agar tidak ada yang melihatnya. Ayo kita pergi dari sini, kita susun rencana kita untuk menghadapi yang kau sebut YJ itu. Untuk urusan Ayahmu, mari kita tunggu saja apa yang akan beliau lakukan, selama beliau tidak bergerak, kita diam saja…”

“...untuk masalah Ibumu, kau harus ingat sayang, mereka berdua adalah suami istri, rumah tangga mereka sudah berlangsung puluhan tahun, aku sangat yakin bahwa sebelum kau mengetahuinya, Ibumu pasti sudah lebih dulu merasakannya, hanya saja beliau tidak memiliki bukti. Sebenarnya aku memiliki saran, aku ingin kau berbicara dengannya sebelum kita pergi, beritahu semua yang kau lihat padanya, aku ingin kita bergerak dengan bebas tanpa rasa khawatir. Kemarin aku berbincang dengannya, sudah ada wacana kalau beliau ingin menceraikan Ayahmu. Apapun keputusannya, terima saja dan dukunglah keputusannya.” jelas Jennie panjang lebar dengan sabar dan nada yang menghangatkan hati Lisa.

VICTIMIZATION. (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang