Setibanya mereka di dalam villa mewah itu, Lisa langsung berlari memeluk adik dan ibunya. Tidak ada yang membuka suara melihat pemandangan menyedihkan hati di depan mereka.
Semua kerabat Lisa sedih melihat ini, karena setahu mereka keluarga Bruschweiler Manoban adalah keluarga yang harmonis, atau mungkin mereka saja yang tidak pernah tahu cerita pahit di balik semua itu? Di antara mereka tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu kecuali ketiga manusia di depan mereka ini.
Suara tangisan yang paling kencang adalah Davika, dia berteman dengan banyak orang yang memang keluarga mereka hancur, tapi sekarang dia mengalaminya. Nana dan Davika sendiri masih merasa malu untuk Jennie, suami dan ayah tercinta mereka ingin membunuhnya tapi yang di balas oleh Jennie adalah membuka tangannya dengan tulus.
Nana melihat ke arah Jennie lalu melepaskan pelukan kedua anaknya, dia menghampiri Jennie, hal berikut yang dia lakukan membuat mereka semua terkejut, terlebih lagi dengan Jennie.
“Apa yang kau lakukan Ibu?” Teriak Jennie lalu berjongkok karena Nana berlutut di depannya.
“T-tolong maafkan kami, Jennie. Terutama Gonyo dan aku. Kami memintamu secara baik-baik kepada orangtuamu tapi justru ini yang kami balas padamu. Aku sangat malu, aku merasa sangat malu di hadapanmu dan juga kedua orangtuamu. Apa yang bisa aku lakukan agar kau mau memaafkan kami?” Nana terisak membuat hati Lisa dan Davika hancur berkeping-keping.
Jisoo sendiripun merasa di sayangkan dengan perbuatan Gongyo, sedikit banyaknya Jennie sudah bercerita padanya, awalnya dia tidak menerima jika adiknya di perlakukan seperti ini, tapi ketika Jennie berbicara akhirnya dia memilih sabar dan menerima. Melihat bagaimana Nana bertindak, hatinya mulai luluh
“Yang perlu Ibu lakukan adalah tetaplah kuat untuk kedua anakmu dan juga dirimu sendiri. Aku benar-benar tidak apa-apa Ibu. Sekalipun Ayah berhasil membunuhku, aku tidak apa-apa. Tolong berhenti bersikap malu seperti ini, sekarang kita adalah keluarga, namanya keluarga pasti kita menemukan hal-hal yang tidak enak seperti ini jadi aku mengerti Ibu. Jangan pernah berlutut seperti ini di depanku, itu tidak pantas, dengan Ibu seperti ini aku merasa sangat buruk.” Jawab Jennie dengan tenang namun matanya memerah.
Nana menangis keras lalu memeluk Jennie dengan erat. Dia terus menerus meminta maaf tanpa henti. Semua yang Jennie lakukan sungguh membuat dirinya tidak berdaya. Yang dia harapkan adalah Jennie marah, bahkan kalau Jennie membenci mereka, dia bisa mengerti itu. Tapi yang Jennie lakukan sungguh terbalik.
Lisa yang melihat ini amarahnya kepada Gongyo semakin bertambah, karena perbuatannya Nana dan Davika bahkan dirinya harus menahan malu di depan Jennie, jika dia masih Lisa yang dulu, mungkin hanya Nana dan Davika yang malu, tapi sekarang posisi hatinya berbeda, dia sudah mencintai Jennie.
“Selepas ini aku tidak ingin melihat Ibu menangis seperti ini. Percayakan masalah ini untuk aku dan Lisa, kita akan menyelesaikannya. Jadi Ibu dan Davika menetap saja disini, jika merasa bosan, kalian bisa memanggil Charless atau Jisoo agar membawa kalian jalan-jalan. Untuk pendidikan Davika, aku akan meminta seseorang untuk menghubungi kampus lamanya.” Kata Jennie ketika tangis Nana mulai reda.
Mendengar itu Davika bereaksi, “Eonnie tidak perlu menghubungi mereka karena aku ingin di ajari saja oleh Eonnie. Gelar hanya sebatas kertas, aku tidak akan menyesal jika berhenti di tengah jalan asalkan Eonnie yang mengajariku.” Pinta Davika dengan malu-malu.
“Tidak bisa seperti itu Baby. Kau—”
“Oke, aku akan mengajarimu.” Jennie memotong perkataan Lisa membuat Lisa menatapnya tanpa daya.
Sebenarnya Lisa ingin membantah karena dia tidak mau istrinya kelelahan, tapi sepertinya Jennie tidak keberatan.
“Terima kasih Eonnie.”
KAMU SEDANG MEMBACA
VICTIMIZATION. (JENLISA)
Fantasía"Kau adalah satu kata tentang CUKUP. Tidak perlu mencari ke luar, kau telah memiliki semuanya ." - Lalisa - . . . CERITA INI HANYA FIKTIF. SEMUA HAL YANG BERADA DI DALAM CERITA INI MURNI IMAJINASI DARI SANG PENULIS. . . . PERINGATAN UNTUK YANG BERU...