Jenlisa Room.
15:00 pm.Saat ini Lisa sedang menunggu Jennie yang berada di kamar mandi entah sedang apa. Dia sudah pulang dari 20 menit yang lalu dan Jennie tidak ketahui itu.
"Hais, apakah dia masturbasi di dalam sana hingga begitu lama…" gerutu Lisa tidak sabaran karena Jennie belum kunjung keluar.
Daripada membuat suasana hati tidak nyaman, Lisa memilih pergi ke balkon kamar untuk menikmati marijuana kebanggaannya. Setelah membakar barangnya, dia berdiri menghadap pada kamarnya.
Tidak berselang lama dia melihat Jennie keluar menggunakan bathrobe hitam, tatapannya berubah sangat lembut, dia segera mematikan barangnya dan masuk begitu saja mengikuti Jennie yang sudah berada di walk in closet.
Ternyata Jennie belum menyadari kedatangan suaminya, begitu masuk ke walk in closet dengan perlahan, Lisa langsung memeluk istrinya dari belakang.
Jennie sangat terkejut hingga melemas di pelukan Lisa. Hal itu membuat Lisa terkekeh tapi tidak mengatakan apa-apa.
Menenangkan diri, Jennie menyandarkan kepalanya di bahu Lisa, dia sudah mulai mengingatkan dirinya sendiri untuk terbiasa dengan semua perlakukan suaminya yang selalu seperti ini.
"Kau disini.." kata Jennie dengan lembut. Lisa hanya mengangguk.
Tangannya yang nakal membuka ikatan bartrobe lalu dengan mudahnya kedua tangan itu naik dan mengelus bongkahan istimewah milik istrinya.
Jennie mendesah ringan dengan kehangatan itu, dengan pelan Lisa memilin puting kehidupan itu.
"Please Lisa…" entah Jennie memohon untuk berhenti atau apa, mendengar itu Lisa mendekatkan selangkangannya yang mulai menonjol ke pantat sintal milik Jennie dan menekannya.
Memikirkan tentang alat bantu mendengar, Lisa memutar tubuh istrinya untuk berbicara.
"Aku punya sesuatu untukmu.." kata Lisa lalu mengambil kotak hitam kecil dari saku celana dan membukanya untuk Jennie.
"Alat ini bisa membuatmu mendengar. Berikan telinga kananmu, aku akan memasangnya." Jennie melihat pergerakkan mulutnya, dia menjadi gugup ketika mengerti.
Sangking gugup, dia tidak memberikan telinga kanan melainkan telinga kiri, Lisa tidak peduli dengan itu, dia mengambil alat kecil itu dan menempelnya sesuai ajaran Hwasa, ketika selesai di pasang dia menatap Jennie dengan antisipasi lalu berbalik membelakangi Jennie dan berkata,
"Jika alat itu berfungsi, katakan I love you."
"I-i love you." Jawab Jennie dengan pelan, matanya berbinar namun memerah.
Mendengar itu Lisa langsung tertawa dan berbalik memeluk Jennie dengan erat.
"Apakah kau bahagia?" Tanya Lisa.
Jennie mengangguk semangat, "T-terima kasih Lisa." Jawab Jennie pelan.
"Alat itu tidak boleh terkena air dan minyak, jadi kalau kau ingin mandi, lepas dan simpan di kotaknya. Aku akan meletakkan kotak ini ke laci nakas kita, oke?" Instruksinya dengan lembut.
"Iya…" jawabnya singkat karena terlalu bahagia bisa mendengar seperti ini.
Entah angin apa, Lisa membalikkan tubuh istrinya lalu kembali memeluknya dari belakang, tangan nakal itu mulai mengelus tubuh depan milik istrinya. Jennie hanya menutup mata menikmati setiap sentuhan itu. Lisa menuntunnya ke dekat sofa panjang lalu mengangkat satu kaki Jennie ke atasnya.
"Aku bahagia saat kau bisa mendengar, tujuanku agar kau bisa mendengar bagaimana aku mendesah saat menikmati tubuh seksi ini." Bisik Lisa dengan sensual di telinga Jennie lalu menggigit pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VICTIMIZATION. (JENLISA)
Fantasi"Kau adalah satu kata tentang CUKUP. Tidak perlu mencari ke luar, kau telah memiliki semuanya ." - Lalisa - . . . CERITA INI HANYA FIKTIF. SEMUA HAL YANG BERADA DI DALAM CERITA INI MURNI IMAJINASI DARI SANG PENULIS. . . . PERINGATAN UNTUK YANG BERU...