BAB 10

4.2K 362 7
                                    

Saat ini Jenlisa sudah di dalam privat jet menuju ke Amerika Serikat.

Sejak tadi Lisa hanya diam, suara tangisan adiknya terus terngiang di telinga dan pikirannya.

Sementara Jennie yang setia di sampingnya masih menunggu apa yang akan di katakan oleh Lisa, karena sampai saat ini dia belum mengetahui apa yang terjadi dengan adik iparnya.

Setelah diam cukup lama, akhirnya Lisa menyadari kalau Jennie sedang mengelus tangannya dan dia merasa Jennie pasti dalam posisi bingung.

"Mama…" panggilan itu terdengar rapuh di telinga Jennie.

Dengan anggukan kepala, Jennie membawa kepala Lisa untuk di letakkan di bahu kirinya.

"Tidak apa-apa Papa. Jika lelah, istirahatlah. Aku tidak akan memaksamu untuk berbicara. Kau harus tenang." Jawab Jennie lembut sambil mengelus kepala suaminya.

Lisa diam tidak menjawab, Jennie juga ikut diam. Dia sudah berpikir ketika pesawat berhasil mengudara, dia akan mengajak suaminya untuk pergi tidur di kamar dari privat jet itu.

Ketika pilot memberitahu kalau pesawat sudah berhasil mengudara, Jennie membuka sabuk pengamannya lalu berdiri di depan Lisa.

"Ayoo ke kamar. Kau perlu tidur." Lisa hanya mengikuti.

Setibanya di dalam kamar, Jennie menyingkirkan selimut yang tertata rapi lalu naik ke atas tempat tidur, Lisa juga mengikutinya.

Tapi sebelum memeluk istrinya, Lisa membuka hoodienya, dia hanya menggunakan baju tanpa lengan lalu masuk ke dalam pelukan Jennie dengan posisi nyaman.

Mereka masih sama-sama diam sampai akhirnya Lisa membuka suara.

"Adikku di teror, dia menghubungiku dengan tangisan, mendengar dia menangis sakitnya sampai ke tulang-tulangku." Kata Lisa dengan lemah.

Jennie hanya tersenyum tanpa daya saat mendengar ini, dengan tangan manisnya, dia mengelus kepala Lisa yang berada di atas dadanya sebelum membuka suara,

"Papa, seharusnya di saat kau memutuskan untuk masuk ke dalam dunia ilegal seperti yang kau lakukan, kau sudah memikirkan segala resiko dari semua sisi, termasuk adikmu dan keluarga besarmu…"

"...bukannya aku ingin mengungkit masa lalu, tapi kau harus benar-benar berhenti bertingkah sembarangan, sudah saatnya kau berpikir dengan bijaksana, apakah kau tidak menyadari jika perbuatanmu di masa lalu adikmu bisa terkena dampaknya? Jangan pernah setuju dengan perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa 'masa muda adalah masa-masa dimana kita bisa berbuat apa saja, dengan alasan hidup hanya satu kali, masa muda juga hanya sekali, jadi jangan lewatkan semua hal gila, nanti saat kita tua, kita akan menyesal karena melewatkan semua itu', aku katakan padamu, semua itu hanya omong kosong…"

"...yang ada kau akan merasakan penyesalan tanpa ujung. Jika sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita, itu tandanya Tuhan mengijinkan hal itu terjadi, seharusnya respon yang kau berikan adalah sadar diri, evaluasi diri dan bertanyalah pada diri sendiri apa yang harus aku perbaiki agar hal buruk itu tidak terulang kembali…"

"...jika respon itu yang kau lakukan, percayalah kau melakukan sesuatu yang benar dan kau menang atas dirimu sendiri, jika kau terus menerus mengikuti hawa nafsumu, selamanya kau akan mendapatkan hal buruk…"

"...dulu saat aku di hina dan di bully, bukannya aku tidak bisa membalas tapi untuk apa? Aku tidak akan membiarkan sampah menguasai diriku. Jika nanti kita tiba, peluk kaki adikmu dan minta ampunlah karena hanya itu yang bisa kau lakukan. Jika di otakmu saat ini memikirkan siapa dalang di balik teror itu, berhentilah, sekalipun kau mengetahui dalangnya dan membalas perbuatan mereka, kau akan terus menghadapi malapetaka karena dalang itu akan kembali menyerangmu dan keluargamu…"

VICTIMIZATION. (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang