BAB 12

3.6K 358 7
                                    

Di dalam kamar privat jet, Lisa sudah menghancurkan dalam ruangan itu hingga hancur. Tentu saja berita buruk yang datang bertubi-tubi membuatnya stres dan marah besar. Apalagi dia mendengar nama Kartel Belladona, dia sangat yakin kalau itu perbuatan YJ dan antek-anteknya.

Saking marahnya, dia tidak bisa berkata-kata lagi, karena pabrik yang di bakar adalah kedua pabrik besar milik Lisa. Juga merupakan pabrik pertama yang dibuat olehnya. Dia tidak mengerti kenapa YJ melakukan ini padanya, meskipun dia berencana untuk mengambil tempat YJ di pasaran tapi dia belum memulai apapun.

Pikirannya mulai paranoid, dia mulai memikirkan kalau ada pengkhianatan di Kartelnya.

Dengan mata yang memerah, dia berjalan keluar untuk memanggil Istrinya.

Jennie, Davika dan Moonbyul terlihat sedang melakulan obrolan-obrolan ringan sampai pandangan mereka tertuju pada Lisa yang berdiri dengan tatapan lurus dan sayu pada Istrinya. Jennie mengerti tatapan itu jadi dia menghampiri Lisa.

Davika dan Moonbyul juga merasa khawatir, apalagi Moonbyul, pria itu tahu kalau ada masalah dengan bisnis narkoba milik Bosnya, tapi dia tidak bisa berbicara karena ada Davika disana.

Jenlisa kembali masuk ke dalam kamar, Lisa duduk di tepi tempat tidur lalu memeluk Jennie yang berdiri di depannya.

Dengan senyum sendu Jennie mengelus kepala suaminya. Lisa mulai menceritakan apa saja yang terjadi, bahkan ditengah-tengah cerita, dia meneteskan airmata sambil menatap wajah Jennie layaknya tanpa kehidupan.

"Kedua pabrik itu yang terbesar yang aku miliki, aku menjadi besar seperti sekarang dimulai dari sana. Sekarang sudah lenyap, aku harus bagaimana? Tolong bicara sesuatu…" pinta Lisa seperti memohon, dia butuh kekuatan di tengah masa ini. Dia tahu, pasti Gongyo akan marah besar padanya karena musibah ini.

"Tidak perlu menunggu bulan depan untuk aku bertindak sesuai rencana kita. Begitu tiba di Seoul, berikan semua daftar VVIP milik YJ padaku, berikan aku waktu 1 minggu untuk mempelajari tentang profil mereka." Jawab Jennie dengan tenang.

Lisa menatap istrinya dengan intens, tiba-tiba dia merasa bersalah jika harus menyeret Jennie dalam hal ini.

"Maafkan aku, maaf karena harus menyeretmu ke situasi seperti ini." Kata Lisa lalu menunduk lesu.

Tapi Jennie cepat-cepat mengangkat wajahnya, "Apa yang kau katakan? Aku sudah berjanji untuk membantumu kan? Tidak perlu merasa seperti ini, tetap tenang oke? Kalau YJ menganggapmu sebagai musuh, dia akan tertawa jika melihat keterpurukanmu. Aku tidak tahu berapa kerugianmu, aku punya tabungan, ambilah untuk menutupi kerugianmu." Mendengar kalimat terakhir dari Jennie, membuat dia menggeleng keras.

"Jangan membuatku merasa lebih buruk untuk menggunakan tabunganmu. Aku memang rugi besar tapi tabunganku masih bisa mengatasinya." Jawab Lisa.

Jennie tersenyum lalu mengelus pipi suaminya, "Kalau begitu, bersenang-senanglah di atas semua ini. Itulah yang aku butuhkan. Tunjukkan padanya kalau semua yang dia lakukan tidak berpengaruh padamu. Jika kau merasa sulit, datanglah padaku, menangislah di kamar tidur kita. Jangan tunjukkan sisi lemah ini bahkan di depan para sahabatmu. Apakah kau percaya padaku?" 

Hati Lisa serasa runtuh, tidak pernah sekalipun dia di ajarkan untuk bersukacita atas penderitaannya. Tapi sekarang Jennie menyarankan ini? Apa maksudnya? 

"Jangan pernah bertanya apakah aku percaya padamu? Karena mulai sekarang aku percaya padamu sekalipun bisnis ini runtuh tanpa tersisa. Aku sudah mencintaimu Jennie. Yaa, aku sudah mencintaimu. Aku berharap, kau masih mencintaiku." Jawab Lisa. Hatinya sedikit tenang.

VICTIMIZATION. (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang