Bukan rumah sakit di Seoul, tapi rumah sakit yang berada di JNK Island. Rumah sakit itu terlihat masih dalam tahap pembangunan tapi ada ruang gawat darurat lengkap dengan semua hal yang di perlukan. Jennie melakukannya untuk mencegah sesuatu yang terjadi pada para pekerjanya, tapi ternyata yang meresmikan ruangan itu terlebih dahulu adalah suaminya sendiri.
Seluruh kerabat sudah berada disana, Nana sedang memeluk Davika untuk menenangkannya. Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana perasaan semua orang yang berada disana, bahkan Jisoo, Chaeng dan kedua orangtua Jisoo juga berada disana.
Tidak ada yang berani membuka suara karena mereka bisa melihat sisi Jennie yang berbeda disini. Kedua orangtua Jisoo juga tidak menyangka kalau keponakan tersayang mereka ternyata adalah gadis yang menyeramkan. Selama ini yang mereka lihat adalah Jennie yang manja, baik hati, sopan dan selalu lembut. Memang benar, ketika garis bawah seseorang di sentuh, mereka akan terlihat seperti ini.
Jennie sendiripun sangat syok, dia masih mengingat bagaimana Lisa seperti tersendak minuman tapi yang keluar adalah darah kental, terlalu kental sehingga darah itu terlihat hampir mirip dengan warna hitam.
Lisa masih di tangani jadi mereka semua hanya menunggu dengan sabar.
Ceklek!
30 menit kemudian, dokter keluar sambil melepaskan maskernya. Dia langsung berdiri di hadapan Jennie untuk melaporkan hasilnya;
“Bambino Lioness, jika anda tidak keberatan, saya ingin berbicara dengan anda di ruangan saya.” Jennie hanya mengangguk lalu berdiri dan berjalan lebih dulu.
Dokter membungkuk pada semua orang lalu berlari mengikuti Jennie. Mereka yang berada disana hanya bisa menghela nafas panjang, mereka juga ingin tahu hasilnya.
.
.
.
.
03:00 am.
Sudah pukul 3 dini hari, formasi masih lengkap di depan ruang rawat darurat. Mereka masih menunggu Jennie yang sampai sekarang belum tiba. Tidak berselang lama, mereka melihat Jennie berjalan dengan ekspresi yang jauh lebih menakutkan.
“Sayang, bagaimana hasilnya?” Tanya Nana dengan cemas.
Jennie menatap ibu mertuanya lama kelamaan tatapan itu berubah sendu lalu memeluknya dan menangis sekeras yang dia bisa. Semua orang menjadi khawatir.
“I-ibu, bisakah untuk sekarang jangan tanyakan apa-apa dulu? Biarkan aku tenang terlebih dahulu, aku akan menceritakan semuanya nanti. A-aku ingin masuk, a-aku ingin melihat suamiku, p-please…” Jennie memohon dengan pilu membuat hati semua orang menjadi pilu.
“Baiklah. Tapi tolong jaga dirimu sendiri, ingat nak, kau sedang mengandung.” Jawab Nana dengan lemah lembut, Jennie hanya mengangguk.
Dia melepaskan pelukan mereka lalu berjalan menuju ruangan, bahkan dia menghiraukan kedua orangtuanya sendiri. Begitu masuk, dia hampir lumpuh melihat ke arah Lisa yang berbaring masih tidak sadarkan diri, dia kembali menangis.
Semua orang yang menunggu diluar bisa mendengar tangisannya yang menyayat hati sehingga membuat Sehun dan Wendy tidak mampu mendengarnya memilih pergi dari sana.
“Jisoo, lebih baik kau kembali ke villa dan istirahat. Kau juga belum pulih.” Kata Nara.
“Tapi bagaimana dengan adikku? Dia pasti hancur Bibi.” Tanya Jisoo dengan mata yang memerah.
Nara memberikan senyum hangat padanya, “Adik kecilmu akan baik-baik saja. Istirahat, oke?” Dengan pasrah Jisoo mengangguk.
Akhirnya Chaeng dan kedua orangtua Jisoo pamit dari Nana dan Davika lalu pergi kembali ke Villa.
KAMU SEDANG MEMBACA
VICTIMIZATION. (JENLISA)
Fantasy"Kau adalah satu kata tentang CUKUP. Tidak perlu mencari ke luar, kau telah memiliki semuanya ." - Lalisa - . . . CERITA INI HANYA FIKTIF. SEMUA HAL YANG BERADA DI DALAM CERITA INI MURNI IMAJINASI DARI SANG PENULIS. . . . PERINGATAN UNTUK YANG BERU...