BAB 27

2.8K 299 7
                                    

Apartemen Jisoo.
07:00 am.

Sejak malam liar yang panjang, kedua manusia ini sedang bersiap untuk pergi ke Jeju. 

Chaeng sendiri tidak bercerita banyak hal, dia hanya mengatakan bahwa atasannya sudah memutuskan untuk dia keluar dari kasus yang dia jalani dan minggu depan dia sudah harus kembali ke LA.

Satu sisi Jisoo merasa tidak nyaman saat memikirkan kalau kebersamaan mereka harus berakhir karena jarak yang begitu jauh, tapi tidak apa-apa, dia bukan anak remaja yang berlebihan atau manja yang omong kosong, dia mengerti bahwa Chaeng sendiri memiliki tanggung jawab dan pekerjaannya sendiri.

“Aku tunggu diluar…” kata Chaeng. 

“Ya, aku tidak akan lama.” Jawab Jisoo.

Chaeng hanya mengangguk lalu keluar. Begitu pintu tertutup, Jisoo menuju ke lemari dan membukanya, dia mengambil satu kotak hitam kecil dan memandangnya dengan senyum manis.

“Setidaknya sebelum tiba di Jeju, dia sudah mengetahui perasaanku. Ditolak? Tidak masalah, pria sejati selalu menghargai keputusan tanpa tuntutan.” Gumamnya.

Dengan genggaman erat pada kotak kecil itu, Jisoo berjalan keluar menyusul Chaeng yang mungkin sedang menunggunya di living room.

Setibanya di anak tangga terakhir, dia melihat Chaeng sedang berdiri menatap keluar jendela. Dengan langkah perlahan hingga mencapai belakang punggungnya, Jisoo berlutut dengan satu kaki sambil menyodorkan kotak hitam yang terbuka,

“Chaeng…” panggilnya dengan pelan.

Mendengar panggilan itu, Chaeng berbalik dan dia terkejut melihat posisi Jisoo yang seperti ini.

“Sebelumnya aku minta maaf jika sudah menyentuhmu tanpa kejelasan hubungan kita. Pagi ini, sebelum kita keluar dari tempat ini, aku ingin mengakui bahwa aku mencintaimu. Jadilah kekasihku…” ungkap Jisoo tanpa basa basi. Pandangannya tulus menatap mata indah di depannya ini.

Mata Chaeng memerah, dia juga merasakan hal yang sama namun banyak pertimbangan yang dia pikirkan, banyak sekali pengalaman temannya yang LDR berakhir buruk, bagaimana kalau dia juga? 

“Chaeng…” panggil Jisoo lagi. Sekarang pandangan sedikit cemas.

“Kau tahu Jisoo kalau aku tidak menetap di negara ini, apakah kau siap dengan hubungan jarak jauh? Untuk diriku sendiri, aku siap. Tapi bagaimana denganmu? Bisakah kau berpikir ulang? Jangan pernah mengambil keputusan di saat hatimu sedang bahagia, bisa saja keputusanmu melenceng. Aku juga akan jujur, saat aku memberikan diriku seutuhnya padamu, disaat itulah aku sudah mencintai dan mempercayaimu.” Jawab Chaeng.

Tapi Jisoo tersenyum, “Inilah alasan kenapa baru sekarang. Aku memikirkannya berhari-hari, siang dan malam. Bukannya aku sombong Chaeng, LDR akan sulit bagi orang-orang yang memang memiliki keterbatasan dalam hal financial. Aku bisa berangkat kapan saja aku mau untuk sekedar bertemu denganmu, kita sama-sama orang yang dewasa, aku tahu kesibukanmu dan kau tahu kesibukanku, meski memang aku ingin setiap kali bangun pagi, kita saling sapah meskipun hanya lewat pesan teks. Jadi, untuk kedua kalinya, jadilah kekasihku…” balas Jisoo dengan tenang.

Tanpa berpikir lagi, Chaeng mengangguk lalu Jisoo berdiri memeluknya. Dalam pelukan dia mengambil cincin lalu membuang kotak itu begitu saja.

“Cincin ini terbuat dari tembaga, one day aku akan menukarnya dengan emas murni saat kau mau menjadi istriku.” Kata Jisoo lalu memasukkan cincin itu ke jari tengah milik Chaeng.

Setelah itu keduanya berpelukan dengan erat, airmata Chaeng menetes di pipi. Dia sempat berpikir kalau Jisoo sama seperti pria yang lain, yang hanya ingin menjamah tubuh seorang wanita, setelah bosan, dibuang.

VICTIMIZATION. (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang