03. Perasaan Alin

7.4K 256 0
                                    

Di hari keberangkatan TNI AD yang diberangkatkan tugas, aku dan keluargaku juga turut hadir karena Bang Fikri.Karena Ibunya Bang Fikri sudah meninggal. Sedangkan Ayahnya yang juga tidak bisa hadir.

Sebenarnya aku tidak mau ikut, tapi Ayah dan Bunda memaksaku. Ya sudah bisa apa kalau orang tua ku sudah memaksa. Tapi aku berangkat terlambat karena masih ada urusan di sekolah ku tempat mengajar.

Sesampainya di titik kumpul para TNI disana ternyata sudah ada banyak saudara ataupun keluarga yang saling berpelukan melepas para anggota keluarganya yang akan berangkat tugas.

"Adek nya Bang Fikri?"

"Hah apa?"
Seperti orang bodoh saja aku tiba tiba gugup. Aku bertemu dia mas Hanan.
Apakah dia diberangkatkan tugas juga?.

"Maaf, Mas saya kira siapa" ucapku sungkan

"Gapapa, sudah ketemu bang fikri?" Tanya mas hanan dengan satu alis naik.
Astaga apa ini...

"Belum Mas, saya datang terlambat ini masih cari Bang Fikri. Mas tugas juga ya "

"Iya,saya berangkat juga, mau saya antar ke Bang Fikri?"

"Ah tidak usah mas saya bisa kesana sendiri, saya telepon bunda saya saja" tolak ku halus.

"Baik kalau gitu, saya mau ketemu sama teman saya, duluan ya."

"Iya Mas"

Banyak orang berlalu lalang dan suara tangisan juga membuat kepalaku pening dan sedikit merasa bingung. Karena masih belum menemukan keluargaku.

"Woi Lin"

Siapa lagi itu?

Oh itu temanku Satya yang menyapa,dia teman ku SMA, dia ini bukan orang Malang, tapi orang Jakarta

"Kebetulan ketemu disini Lin, tuh Bunda lo nyariin, tuh yg deketnya pohon itu"
Katanya sambil memberi pengarahan kepadaku.

"Oke, makasi sat, kamu tugas?"

"Ya elah masih panggil sat aja lo, btw gue kesini ga ikut tugas sih cuman nganterin sepupu."

Dari kejauhan aku bisa melihat Andra dan Ayah yang melambaikan tanganya kepadaku.

Kudengar dari Bang Fikri tugas ini bisa 1 tahun lebih, berarti mas Hanan juga

"Bang..." sapa ku ke bang fikri.

"Abang pamit tugas ya lin."

Beberapa meter dari kaki ku berpijak aku melihat mas hanan yang sedang di peluk seorang perempuan yang juga seorang TNI juga tapi perempuan itu adalah seorang Kowal.

Sepertinya dia kekasihnya Mas Hanan. Pikirku berarti sudah cukup aku menyukainya.

......

Sepulang dari mengantarkan Bang Fikri, Aku mampir ke satu gerai mie pedas di Kota Malang. Aku punya satu kebiasaan apabila sedang bersedih atau perasaan yang membuat mood nya turun. Dia akan makan makanan pedas. Sebetulnya orang tua ku sudah sering melarang kebiasaanya ini. Apalagi ayahnya yang seorang dokter, sudah pasti melarang Alin.

Setelah memesan aku duduk di meja yang kosong, tempat ini ramai sekali tapi untung saja ada kursi kosong. Begitu makananku datang aku pun langsung menyantapnya.

Saat aku sedang enak makan tiba tiba adikku Andra menelpon ku, agak panik rasanya apalagi mulutku terasa kepedasan seperti ini.

Aku minum air es terlebih dahulu lalu mengangkat telponya.

"Hallo, assalamualaikum mbak"

"Waalaikumussalam, ndra kenapa?" Aku menjawab berusaha tidak menampakkan suara kepedasan, lidah ku panas sekali rasanya. Meskipun begitu rasanya lega sudah makan makanan pedas ini.

We Meet Again?  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang