07. Kepulangan Hanan

5.1K 209 0
                                    

Hanan pov

Sudah hampir setahun lebih saja seorang Hanan bertugas di Pulau Papua. Saatnya kini ia kembali ke kesatuanya di Malang.

"Akhirnya ya Bang kita pulang"

Ucap seorang juniorku Serda Abi yang sangat sangat merindukan keluarganya. Sama aku pun begitu,ingin rasanya segera pulang ke Malang dan bisa berangkat ke rumah orang tua ku.

"Iya sudah waktunya pulang."
Jawabku sambil menepuk bahunya.

Kini kami sudah bersiap untuk pulang, menaiki kapal terlebih dahulu.

Setelah perjalanan berjam jam akhirnya kami sampai di Malang. Aku menyalakan handphone ku yang sudah lama tak mendapat sinyal selama aku bertugas. Terdapat pesan dari Ibuku yang menanyakan kapan aku tiba, tapi pesan itu dikirim 2 jam yang lalu.

Setibanya di kesatuan kami melakukan upacara terlebih dahulu sebelum bertemu dengan keluarga masing masing.

Aku melihat ada orang tua ku dan yah...dia Vania yang membawa sebuket bunga. Bahkan ada orang tua Vania juga.

Selama aku bertugas di Papua kabar perjodohan ini sangat sangat menggangguku. Tapi alhamdulillah aku selalu fokus saat menjalankan tugas ditengah kekacauan di kepalaku.

Aku bergegas menuju orang tua ku menyalami tangan ayah ibuku dan memeluk mereka. Ibuku menangis bangga hingga aku pun ikut menangis.

Terimakasih atas segala perlindungan yang telah Engkau berikan kepada kami Ya Allah.

Tak lupa aku menyalami orang tua Vania.

"Ya ampun sudah lama nggak lihat Hanan, sekarang sudah semakin gagah dan ganteng ya." ucap ibu Vania, tante Ida

Aku hanya mesem saja, respon apa yang harus aku berikan?

Tiba tiba saja Vania memelukku. Astaga apa ini apa karena dia sedang tidak memakai seragamnya sehingga dia berani memelukku?

Kulepas pelukanya dan dia memberengut sambil memberiku buket bunga besar itu.

"Hanan aku kangen banget sama kamu."

"Jaga sikap! apa karena kamu tidak memakai seragam sehingga kamu bebas memelukku?"

Ucapku pelan kalau keras suaraku bisa saja itu akan membuat malu dan menuai protesan orang tua. Dengan senangnya orang tua Vania menyorakki kami. Hingga beberapa pasang mata menuju ke arah ku.

Bahkan sepasang mata indah itu yang menatap ku, Alin. Pasti dia datang untuk menjemput bang Fikri bersama keluarganya.

"Hanan, kenapa kamu liatin cewek itu terus? Pasti itu ceweknya Lettu Fikri."
Ucap Vania dengan sembarangan dan wajah yang kesal.

"Jangan sok tau."

Kulihat dia bersama 2 laki laki yang kukenal mereka adalah saudara kandung Alin pergi. Kemana mereka ya?

....

Author Pov

Kedatangan para Tentara yang pulang dari tugas pasti sangat dinantikan oleh para anggota keluarganya masing masing.

Termasuk Alin yang juga datang untuk menemui Bang fikri sosok yang sudah dianggap kakak dan keluarga.

Tanpa disadari oleh Hanan yang bersama Vania bahwa mata Alin telah melihat pergerakan mereka.

"Kecewa dek?"
Tanya Fikri kepada Alin yang sedari tadi melihat ke arah Hanan dan keluarganya.

"Enggak Bang apa sih."
Jawab Alin dengan gamang.

" Yas tuh awas adek mu galau nanti malam haha." ucap Fikri dengan candaan dan membuat Ilyas ikut tertawa.

Alin mengunjungi Fikri bersama Mas nya Ilyas dan adiknya Andra. Orang tua Alin kebetulan tidak bisa ikut hadir hari ini.

" Mbak suka sama Mas Hanan?"
Tanya Andra tiba tiba membuat Alin terlihat kelabakan untuk menjawab.

"Enggak Apa sih kamu dek, dah ayok makan aja." ajak Alin

"Boleh nih, Fikri ikut?" Tanya Ilyas

"Maaf yas mau tidur dulu haha."
Jawab Fikri dengan selingan tawa.

....

Kini Alin sudah berada di mobil bersama saudaranya. Ilyas dan Andra

"Mau makan dimana ini?" Tanya Ilyas selaku pengemudi mobil ini

"Mas ayo ke Mie Gacoan pengen banget makan mie." ucap Alin dengan semangat.

"Siap Tuan Putri."

Sesampainya di tempat makanya.Alin keluar dan memutuskan akan memesan makananya tapi ditolak oleh sanga adik Andra. Akhirnya Andra lah yang memesankan. Ilyas dan Alin duduk bersebelahan, Andra di depan Alin.

"Nih akhirnya pesanan datang" ucap Andra. Sepertinya dia memang kelaparan padahal sebelum berangkat Andra sudah makan.

Mereka pun mulai makan. Tetapi dahi Alin berkerut setelah memakan sesuap mie miliknya.

"Loh kok nggak pedes?" Tanya Alin kepada Andra yang berada di depanya. Ilyas,mas nya pun turut melihat ke arah Andra si Bungsu dan tersenyum singkat.

"Sengaja Mbak." jawab Andra dengan enteng tanpa memperhatikan ekskpresi Alin yang menahan kesal.

"Kan kamu udah tak peseni kalau mbak mau nya yg pedes level 6, tak tebak kamu pesenin yang level 1 ya?" Ucap Alin yang pasti tebakanya benar.

"Memang Mbak, biar mbak nanti nggak sakit perut." jawab andra

"Udah makan aja dek, lebih baik ini aja level 1 Mas juga bakal marah kalau liat kamu makan yg pedes banget." Tambah Ilyas. Semua keluarga Alin sangat memperhatikan kesehatan satu sama lain ternyata.

"Mas sama Andra kelihatanya lebih pedes pasti diatas level 1 semua. " kata alin sambil memberengut.

Yang hanya direspon tawa singkat oleh saudara laki lakinya.

"Cuma level 3 mbak." jawab andra

"MAKSUT MU?"

....

Malam hari di Barak ada Hanan dan Bang Fikri yang masih membuka mata padahal ini hampir jam setengah 1 dini hari. Sedangkan teman temanya yang lain sudah tidur dengan nyenyaknya.

"Nan, tadi itu aku lihat kau peluk pelukan sama kowal yg itu. Lanjut kah nan?"
Tanya Fikri mengenai kejadian tadi yang sempat membuat perhatian Alin teralihkan.

"Iya kaget juga saya Bang tiba tiba dipeluk. Lanjut atau nggak nya belum tau bang. Lusa saya balik pulang mau meluruskan masalah ini mumpung ada cuti juga." Jawab Hanan yang ingin segera mengakhiri masalah perjodohan ini. Dia berharap orang tuanya tidak memaksa atas keputusan yang nantinya akan diberikan.

"Yang tegas, kayanya kowal itu bukan tipe tipe yang gampang nyerah nan."

"Siap, betul Bang memang Vania itu mau menang sendiri dari dulu kecil hingga sekarang sifatnya ternyata masih sama. Saya kiri setelah masuk militer dia akan banyak berubah."

"Waduh Yo ewoh lek ngene,semangat yo!"
(Ya sulit kalau begini)

"Siap Bang."

"Wes gek ndang melbu, turu aku wes ngantuk tenan iki. "
(Sudah segera masuk, tidur aku sudah ngantuk beneran ini)

Memang di luar lapangan Hanan dan Fikri ini akrab hingga percakapam mereka juga diselingi dengan bahasa Jawa apalagi dari Fikri.

"Bang saya mau berusaha memperjuangkan Alin." kata Hanan kepada Fikri.

____________________________________________

Bersambung....





We Meet Again?  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang