27.Sadar

4.1K 151 1
                                    

HAPPY READING~
.
.
.
.
.

Kemarin adalah hari yang cukup mencekam untuk Hanan dan keluarga.Alin kejang kejang dan sempat berhenti bernafas. Tapi Alhamdulillah Alin masih bisa bertahan, masih mendapat kesempatan untuk hidup lagi. Hanan kira kemarin ia akan melepas istrinya untuk terakhir kali, ia tak akan sanggup.

Setelah pulang dinas Hanan kembali ke rumah sakit untuk menemani istrinya. Seperti biasa Hanan akan mengajak Alin berbicara meskipun tak akan ada jawaban dari bibir istrinya. Hanan terkejut saat jemari tangan Alin bergerak lemah, perlahan membalas genggaman Hanan.

"Dik, kamu bangun?" Hanan masih menatap istrinya lekat.

Hanan melihat Alin yang berusaha membuka matanya yang sudah menutup lama.

"Pelan pelan saja dik."

Perlahan mata indah itu terbuka dengan sayu. Hanan mengangkat telapak tanganya untuk menutupi cahaya lampu agar mata Alin tidak silau.

"Alhamdulillah. Mas senang dik, mas sangat lega melihatmu membuka mata." Hanan memeluk pelan tubuh ringkih istrinya. Kemudian menekan nurse call. Tak lama datang dokter dan beberapa perawat yang akan memeriksa keadaan istrinya. Setelah memeriksa keadaan Alin dokter itu menuju Hanan.

"Puji syukur, Mbak Alin keadaanya sudah membaik. Perlahan semua akan baik baik saja Mas. Setelah ini ventilator akan dilepas. Badan mbak Alin masih sangat lemas karena koma Mas, jadi akan dilakukan beberapa terapi." Jelas dokter itu.

"Baik dok, lakukan yang terbaik untuk istri saya.Terimakasih ya dok."

Hanan keluar ruangan karena para nakes tadi akan melakukan beberapa tindakan untuk Alin salah satunya adalah melepas selang ventilator yang menjejal di mulut Alin.

Hanan langsung membuka handphone nya untuk memberi kabar kepada keluarga bahwa Alin telah sadar. Ayah Arif langsung menelepon Hanan dan menanyakan ini itu terkait Alin karena beliau sudah pulang dari Rumah Sakit tadi sore.

.....

Keesokan harinya, kini ruangan Alin nampak sedikit ramai karena kehadiran orang tua Alin, Affan dan Ajeng tak lupa si kecil Raka yang asik berceloteh.

Alin sudah dipindah dari ruang ICU ke ruang rawat biasa. Alin masih tidur meskipun selang Ventilator telah dilepas Alin masih menggunakan alat bantu pernapasan lainya yaitu nassal cannula.

Hanan duduk di sisi bed istrinya dan menggenggam tangan istrinya yang tengah tidur. Keluarga Hanan rencana akan kembali ke Malang untuk mengunjungi menantunya lusa karena dinas ayahnya masih padat itu pun kalau tidak ada urusan mendesak lainya. Tapi kalau ada urusan mendesak bisa saja tidak jadi ke Malang.

"Om Hanan." Panggil si kecil Raka dengan menarik ujung baju yang digunakan oleh Hanan. Pria yang dipanggil Om itu menolehkan kepalanya kepada sosok lelaki kecil di sampingnya.

"Mau gendong Om!" Hanan melepas genggaman istrinya dan mengangkat keponakannya,memangku Raka yang melihat ke arah Alin.

"Ante Lin kapan bangun? Aka kangen Om, ante dah lama ndak telpon aka sama mama papa."

"Iya, nanti ante Alin bangun kok."

"Nanti kalau dah bangun, Aka mau hibul ante Lin!" Ucapnya semangat. Raka masih belum bisa mengucapkan "R" masih cadel istilahnya.

"Om aka mau cium ante Lin boleh? Kata Mama kalau ada orang sakit harus dicium biar sakitnya ilang."

Perkataan polos Raka mengundang tawa pelan orang disekitarnya, masih ingat bahwa Alin sedang tidur.

"Gitu ya dik?" Tanya Hanan memastikan.

"Iya Om!"

Hanan mengangkat Raka untuk bisa mencium pipi kanan Alin dengan hati hati takut menyenggol luka atau alat medis yang masih digunakan Alin.

We Meet Again?  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang