17. Sah!

4.9K 177 0
                                    

Hari ini adalah hari pernikahan Alin dan Hanan. Satu jam lagi akan dilaksanakan akad. Alin saat ini masih menatap kaca di depannya. Rasanya dia tidak percaya hari ini akan tiba, akhirnya perjuangan dia dan Hanan selama pengajuan dan buah kesabaran mereka terbayarkan dengan pernikahan mereka.

Tok tok...

"Dek, Mas masuk ya"

Setelah pintu dibuka rupanya ada Ilyas. Mas kedua Alin, dihari pernikahanya ini ada Affan dan Ilyas, sedangkan Andra tidak bisa menghadiri karena tuntutan pendidikan.

"Mas Ilyas"

Ilyas langsung memeluk adik perempuan satu satunya ini. Tidak menyangka adiknya ini akan menikah.

"Mas..." panggil Alin

"Mas nggak nyangka anak kecil yang dulu suka ambil permen Mas ini mau dinikahi perwira TNI ya." ucap Ilyas yang sudah menangis terharu.

Alin sudah siap menumpahkan air matanya kembali. Tapi seorang MUA sudah memperingatkan Alin agar tak menangis kembali.

"Mbak Alin jangan nangis lagi ya Mbak ingat make up nya baru diperbaiki lagi, sudah 2x lho..." kata Mbak Dina seorang MUA.

"Alin sudah nangis 2x apa gimana Mbak?" Tanya Ilyas

"Iya Mas, sebelum Mas kesini Bapak sama Ibu juga kesini."

"Oh pantes, sudah Dik jangan nangis nanti tambah jelek."

"Mas Ilyas ih"

Memang sebelumnya Alin sudah mendapat banyak wejangan oleh Ayah Bundanya mengenai rumah tangga nya nanti, harus menurut dengan suami dan tetap kuat dan tabah dalam menghadapi lika liku kehidupan berumah tangga apalagi Hanan adalah seorang tentara. Alin harus kuat mental. Militer itu keras.

Akad dilaksanakan di kediaman Alin dan nanti akan dilanjutkan dengan upacara pedang pora di hotel.

Alin ditemani oleh Ghea dan Wina sambil melihat layar dimana disana sudah ada Pao Arif dan Hanan yang duduk saling berhadapan. Hanan tampil tampan dan gagah dengan beskap warna putih tulang dengan beberapa aksesoris khas.

Terlihat dalam layar Hanan yang dengan yakin menjabat tangan Ayah Alin, yang Alin tau Hanan juga gugup. Tapi pria datar itu sangat pandai dalam menyembunyikan ekspresinya.

"Saya terima nikah dan kawinya Kayva Ralin Naranatya binti Arif Wiradika dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"

Ucap Hanan dengan satu tarikan nafas, diucapkan dengan lantang setelah Pak Arif mengatakan pernyataan akad terlebih dahulu.

"Bagaimana para saksi sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah."

Alin dituntun keluar menuju suaminya. Kini Hanan adalah suaminya. Hanan berdiri di dekat kursi sambil mengelap mata nya. Dia menangis?

Sampai disebelah Hanan, Alin mencium punggung tangan suaminya, kemudian Hanan menaruh tangannya di puncak kepala istrinya dengan membaca doa dan mencium kening wanitanya.

"Masyaa Allah Adik." puji Hanan yang menatap lekat wajah Alin. Hal itu membuat Alin menunduk karena teriakan heboh para tamu.

.....

Di sebuah ruang kamar hotel kini sudah ramai beberapa orang didalamnya. Disana terdapat Alin yang dibenarkan make up nya. Setelah akad dan rangkaianya pengantin tersebut diboyong ke Hotel tempat dimana akan dilaksanakanya Pedang Pora. Upacara pedang pora dilakukan karena Hanan adalah seorang perwira berpangkat Letnan Satu.

Saat ini Hanan berdiri di dekat kursi tempat istrinya make up. Tangan bersedekap di depan dada dan tak lupa tatapan tajamnya mengarah ke istrinya. Hanan beberapa kali melontarkan protes ke perias karena menganggap warna yang berlebihan dan lain lain.

We Meet Again?  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang