34. Hamil?

4.3K 141 0
                                    

HAPPY READING ~
.
.
.
.
.
.

Sudah 2 minggu sejak kejadian eskrim malam itu.Pagi ini Alin bersiap akan datang acara giat Persit. Hanan juga bersiap akan dinas. Alin menyiapkan sarapan sederhana yaitu sandwich. Hanan keluar dari kamar dan duduk dihadapan Alin tak lupa mengecup bibir istrinya. Mereka memulai sarapan dengan diam.

Oh iya Cindy sudah pulang dari rumah sakit 2 hari yang lalu. Ia melahirkan bayi laki laki bernama Pradika Candra Yudhantara. Meskipun keluar pada waktu yang tak seharusnya. Tapi bayi itu sudah lahir dengan bobot yang mencukupi.

Hanan dan Alin berangkat bersama menggunakan motor. Hanan akan mengantarkan Alin terlebih dahulu baru akan ke kantor. Sesampainya di aula temoat kegiatan persit Alin turun dan salim kepada suaminya.

"Semangat ya dik giatnya. Kalau sudah selesai telepon saja. Insyaa Allah mas bisa jemput kok."

"Siap Mas. Mas juga semangat dinas nya."

Alin memasuki ruangan disana ada beberapa persit yang datang. Bu Jaka melangkah mendekati Alin.

"Siap selamat Pagi Bu"

"Pagi juga dik Hanan." Mereka berpelukan singkat layaknya saudara bukan senior dan junior. Bu Jaka memperhatikan Alin

"Izin Bu apa ada yang salah dengan penampilan saya?"

"Dik tambah subur saja. Lagi isi dik?" Pertanyaan Bu Jaka membuat Alin terkejut.

"Siap tidak ibu, saya belum hamil."

"Masa sih? Kalau menurut pengamatan saya sih isi dik. Coba periksa deh."

Memang Alin merasa agak gendutan,ia memegang perutnya yang sedikit buncit. Alin mulai memikirkan kapan terakhir haid sudah hampir 1 bulan belum haid. Apakah benar ia hamil? Alin menggelengkan kepalanya, mungkin karena kecapean saja hingga dia telat haid.

Kegiatan hari ini adalah rapat kerja dan ada perkenalan 6 persit baru, 2 diantaranya adalah persit yang baru pindah.

Di tengah kegiatan perut Alin rasanya tidak nyaman seperti diaduk aduk. Alin ingin muntah. Ia menutup mulutnya. Mbak Dira istri dari Lettu Faris yang duduk disebelahnya menoleh.

"Dek, mau ke toilet?" Alin hanya menganggukan kepalanya. Dira dan Alin izin untuk ke toilet.

Di toilet Alin memuntahkan isi perutnya. Bahkan saat perutnya sudah kosong ia tetap ingin muntah hingga badanya lemas. Wajahnya sudah pucat,warna lipstiknya hilang.

Dira yang khawatir karena Alin yang tak kunjung keluar pun mengetuk pintu toilet.

"Dek, kamu gak apa apa?"

Dira tak mendapatkan jawaban, ia langsung masuk saja takut terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

Didekat wastafel Alin berdiri dengan berpegangan erat pada samping wastafel. Alin masih berusaha memuntahkan sesuatu padahal sudah tidak ada yang bisa ia keluarkan.

Dira memijat tengkuk Alin. Karena sudah tak bisa mengeluarkan sesuatu. Alin membasuh wajah dan mulutnya.Ia dipapah Dira untuk keluar dari toiletnya.

"Dek pulang aja gimana, haduh sudah pucat lemes gini."

"Gak apa apa Mbak."

"Gak apa apa gimana dek, kamu sakit lho ini. Eh apa kamu lagi hamil ya?"

"Nggak tau mbak."

Mungkin karena terlalu lama hingga Mbak Dela sebagai istri wakil komandan batalyon menyusul ke toilet takut terjadi apa apa kepada anggotanya.

"Dek Hanan kenapa itu?" Panik Dela

We Meet Again?  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang