Prolog

55.7K 3.4K 351
                                    

"Mirela..."

"Mirela, tolong..."

Gadis itu mengerjakan mata berkali-kali saat mendengar suara yang memanggil nama Mirela, entah nama siapa itu tapi seseorang itu berkata tepat di depan wajahnya. Berarti, Mirela itu namanya?

"Tolong aku," wanita bergaun mewah itu menangis sambil menyerahkan bayinya ke dalam gendongan gadis yang dipanggilnya Mirela. "Jaga putraku sampai aku kembali."

"Permaisuri Lana? Eh, tunggu!"

Mirela mengerjap, ia akan bertanya tetapi perempuan itu dengan cepat berlari menjauh dan meninggalkan bayinya yang sedang tertidur pulas dalam gendongan Mirela.

"Lho? Eh!? Aku di dalam novel?" Setelah cukup lama bengong seperti manusia tanpa tujuan hidup, Mirela tersadar ketika bayi dalam gendongannya mulai menangis.

Owekk~ Owekk~

"Wajahmu terluka, pasti sakit. Tapi, tolong jangan menangis." Ucap Mirela pelan.

Seketika hati Mirela dipenuhi rasa iba, persetan dengan situasinya saat ini yang tiba-tiba berpindah ke dalam dunia novel. Yang terpenting sekarang baginya ialah mengobati bayi ini.

Matteo Haze.

Sambil mengingat-ingat kejadian yang terjadi dalam ekstra chapter novel Lana's Lullaby, Mirela membawa Matteo bayi kembali ke kamar di lantai atas.

"Tidak ada orang di istana." Mirela membatin, "ah, tentu saja karena kekacauan yang terjadi dan karena Kaisar Yohan..." 

Tiba-tiba air mata menggenang di pelupuk matanya, Mirela seolah bisa merasakan kesedihan Lana saat ini ketika mengetahui suaminya dalam keadaan hampir sekarat akibat tusukan pisau beracun yang dilakukan oleh Alan.

Owekk~ Owekk~

Deg!

"Duh, jangan menangis..." panik Mirela mengingat keadaan kastil istana saat ini sedang tidak aman karena Alan masih berkeliaran mencari putra dari Yohan, itu sebabnya tadi Lana berpamitan dengan cepat dan pergi diam-diam untuk menyelamatkan suaminya lebih dulu.

"Tidak, aku tidak boleh ke atas." Ucap Mirela menginterupsi diri sendiri memutar, menuruni anak tangga dengan cepat seraya memeluk Matteo bayi erat-erat karena sudah pasti sekarang Alan sedang berada diatas.

Owekk~ Owekk~

"Sshttt, ayolah tolong jangan menangis bayi kecil atau aku akan meremasmu seperti cucian basah?" ancam Mirela yang anehnya sukses membuat Matteo berheti menangis, mungkin karena melihat ekspresi lucu yang tanpa sengaja tercipta oleh wajah gadis berumur sepuluh tahun itu.

Dengan langkah kecil cepat, Mirela berhasil turun ke lantai bawah istana dan keluar dari bangunan itu. Saat ini langkah kecilnya tengah menuju seseorang yang dirasa dapat menyelamatkannya dan melindungi Matteo.

"Paman Calix!" seru Mirela, ia sadar sedang berada di tubuh anak perempuan berumur sepuluh tahun.

Calix nampak terluka karena serangan Alan namun terlihat masih bisa mengatasinya dan langsung menghampiri Mirela walau dalam keadaan satu kaki pincang.

Mirela meneguk ludah. "Dilihat aslinya ternyata sangat tampan dan gagah, aww! Eh, sadarlah otak mesum!"  gelengnya cepat.

"Paman Calix, tolong kami!" Mirela berkata dan sigap Calix langsung membawanya menuju paviliun istana untuk sembunyi di ruang rahasia bawah tanah yang hanya diketahui oleh Calix dan Yohan.

"Tunggulah di dalam, jangan keluar apapun yang terjadi. Kau mengerti?" Ujar Calix pada Mirela.

Gadis kecil itu mengangguk. "Aku akan tetap disini sampai paman kembali."

"SEMANGAT CALIX! AKU ADALAH ISTRIMU YANG MENGAKU-NGAKU!" seru Mirela dalam hati mengingat dulu pria bernama Calix adalah tokoh sampingan favoritnya saat membaca novel Lana's Lullaby.

"Baiklah." Sahut Calix berbegas kembali ke atas untuk menghentikan kebrutalan Alan.

Pria berambut putih tapi bukan karena uban itu bergegas mencari Alan, tak peduli walau kondisi tubuhnya juga sedang terluka akibat tusukan pria berambut merah itu. Baginya yang terpenting adalah keamanan Matteo.

Karena itu Calix kembali ke istana berbekal sebilah pedang yang didapatnya tergeletak di lantai lalu menuju kerusuhan yang terjadi lantai atas.

"Alan sial!" seru Calix memergoki pria itu sedang menghujamkan pedang berlumur darahnya pada seorang pelayan di dekat tangga. "Tak kan kubiarkan kau menyentuh, Pangeran!"

"Masih belum jera juga ternyata," sahut Alan tersenyum miring. "Marilah kalau begitu, Mari bertarung sampai titik penghabisan darah!"

Duel maut terjadi diantara keduanya, dengan susah payah Calix berhasil melumpuhkan Alan dengan menghadiahkan pria itu luka gorok di leher sementara dirinya mendapat dua luka tusuk dalam diperut.

Mereka sama-sama tidak berdaya. Dengan sisa tenaga terakhir, Calix membawa pedangnya lalu menebas kepala Alan hingga putus.

CRASHHH!

Pertarungan berakhir, Calix pulang sebagai pemenang.

"Yang Mulia Kaisar," sembari berlutut, Calix bicara. "Aku akan melindungi Pangeran Mahkota sampai akhir. Akan kulindungi dia dengan segenap jiwa dan ragaku." Tekadnya berseru.

Setelah situasi berangsur membaik, Calix mendatangi Mirela bersama Matteo dipersembunyian lalu meminta keduanya kembali ke istana. Suasana sudah aman sekarang dan Matteo harus segera mendapat ibu susu pengganti.

Sekarang mereka berada di kamar milik Yohan dan Lana dengan Matteo yang nyenyak diatas ranjang gantung miliknya, luka di wajah Matteo juga sudah diobati dengan herbal dan dibungkus tetapi tak menjamin jika nantinya luka tersebut tak berbekas sebab tusukan pedang Alan saja sampai membuat bola mata kanan Matteo rusak sehingga nantinya anak itu dipastikan buta di bagian mata tersebut.

"Paman," Mirela menegur Calix yang nampak termenung, pria itu sedang berpikir keras setelah meminta beberapa prajurit mengumpulkan para wanita yang bersedia menjadi ibu susu bagi Matteo.

"Apa?" Calix menyahut dengan suara pelan.

"Jangan khawatir, aku akan membantumu menjaga Pangeran Mahkota." Ujar Mirela menyakinkan pria itu sambil mengedipkan satu matanya dan membatin. "Beda belasan tahun tak masalah, kok! Umur hanyalah angka. Kiw kiw~!"

"Eum, terimakasih...?" Calix tak yakin mengapa ia mengucapkan kata itu pada gadis berumur sepuluh tahun di hadapannya.

"Sama-sama!" balas Mirela ceria.

"TUNGGU AKU BESAR YA, PAMAN EMMUAHH!" lagi-lagi Mirela menyorakkan hal tersebut dalam hati karena kalau secara langsung yang ada Calix jijik padanya.

***

Matteo Haze

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matteo Haze


Note : kalian ga harus baca keseluruhan cerita Lana's Lullaby kok, bisa langsung baca ke bagian ekstra chapter : After A Thousand Years, but kalo pengen lebih kenal sama Lana&Yohan (ortunya Matteo) kalian bisaaa bgt cek ceritanya di profil wp aku❤

The Shadow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang