43. I hate you, Dad!

9.7K 1.5K 1.5K
                                    


"Matteo..." sudah panggilan ketiga yang Yohan lontarkan pada putranya yang memilih berhenti makan secara tiba-tiba.

"Aku tidak lapar." Sahut Matteo menggeser piring yang berada tepat di depannya.

"Ya sudah, aku yang makan." Balas Yohan sembari meraih piring berisi potongan daging bumbu pedas lalu memakannya sendiri. "Kwebetulan akwu swangat la-lapar!" tandas pria itu bicara disaat mulutnya penuh.

Matteo mendengus. "Sebenarnya yang tua siapa?"

"Akwu!" seru Yohan mengangkat satu tangannya ke atas lalu menelan kunyahannya dan menambahkan. "Dua puluh tahun aku tak makan!"

Dengan wajar datar Matteo mempersilahkan sang ayah. "Ya, makanlah. Telan juga piringnya."

Ditengah kesibukan Yohan menyantap semua makanan yang ada, diam-diam tangan Matteo terulur. Pemuda itu masih berusaha mencuri Bros Kaisar yang ada di dada kiri sang ayah namun tertangkap dan seketika itu pulang Yohan memasang tampang sewot.

"Mau nakal, ya?" tuding pria itu dengan ekspresi jenaka karena baru saja menangkap basah aksi putranya.

Tanpa menjawab Matteo melengos menatap ke arah lain. Rasa-rasanya ia semakin tak berselera makan karena sang ayah sedang cosplay menjadi babi rakus yang melahap semua makanan.

"Matteo, kalian..." Lana yang datang dari arah dapur pun kehilangan kata ketika yang sibuk makan ini dan itu malah suaminya sedangkan putranya dibiarkan berdiam diri tanpa ada sepiring pun makanan di depannya.

"YOHANNNN!" pekik Lana melotot.

"Apa?" pria itu menoleh dengan wajah tak bersalah lalu menjelaskan. "Dia tak mau, aku lapar. Jadi, kumakan saja miliknya."

"Astagaaaa... harusnya kau bujuk putramu makan!" Lana merasa kepalanya akan meledak sekarang, repot-repot ia memasak dan yang habiskan semua malah Yohan.

"Tidak apa-apa, Bu. Aku juga tidak lapar." Sahut Matteo tak keberatan.

"Tuh, kau dengar sendiri." Sambar Yohan sukses membuat Lana melotot seram.

"Matteo, kau makanlah." Pinta Lana meletakkan mangkuk berisi olahan berbahan udang yang dicampur dengan sayuran dan minyak serta perasaan jeruk asam.

"Aku tidak selera, Bu." Tolak Matteo lalu tiba-tiba tangan Yohan menyambar mangkuk tersebut.

"Yohan!" seru Lana.

"Apaaa?" pria itu memberengut sebal.

"Dia tidak mau kok." Ucapnya.

"Yohan, letakkan itu." Pinta Lana menunjuk ke arah suaminya yang terpaksa mau tidak mau mengembalikan mangkuk tersebut ke hadapan Matteo.

"Makan sedikit, Matteo." Lana kembali beralih pada putranya dan menawarkan masakan yang telah sepenuh hati di masaknya bahkan Yohan siap menampungnya ke dalam perut jika Matteo masih menolak.

"Matteo--"

"Permaisuri, pergilah. Aku akan membujuknya. Jangan khawatir, serahkan Matteo pada ayahnya." Sambar Yohan menyakinkan lagipula ia tahu Lana pasti lelah karena perjalanan sehari semalam yang mereka tempuh untuk sampai kembali ke Kekaisaran.

"Baiklah." Tak bisa mengelak karena tubuhnya sendiri memang pegal dan nyeri di beberapa bagian, Lana memutuskan untuk membersihkan diri di kolam pemandian lalu beristirahat di kamarnya.

"Ibumu sudah pergi." Ucap Yohan memecah keheningan, ia masih sibuk sesekali memasukan makanan ke dalam mulut lalu berkata lagi. "Mengapa kau sedih? Katakan padaku, aku ayahmu."

"Fakta itulah yang membuatku tambah sedih." Ketus Matteo menjawb sarkas.

"Kau ini anak siapa sebenarnya?" Yohan membalas tak habis pikir, "sekarang cepat makan dan... makan."

The Shadow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang