40. Fuck you, Dad!

10.4K 1.6K 1.4K
                                    


Karena khawatir Matteo akan merusak jahitannya lagi, tabib memutuskan memberikan pemuda itu bubuk penidur sesuai dengan takaran yang cocok untuk pemuda itu di tidurkan selama seminggu agar jahitan luka di perut kiri bagian bawahnya mengering dan cukup kuat.

Alhasil selama seminggu penuh Mirela menunggu Matteo disisi pemuda itu, hampir setiap malam Mirela duduk di kursi atau diatas karpet bulu yang ada di ruangan itu. Sengaja ia tak mengambil tempat kosong di samping Matteo karena dari awal tujuannya di dunia ini bukanlah untuk cinta melainkan memperbaiki hidup Matteo yang ternyata tetap rusak karena sifatnya yang sebelas dua belas dengan psikopat.

"Nona..."

Mirela menoleh ke arah pintu dan menyahut."Ya?"

"Ada yang ingin bertemu dengan anda, mereka bilang mereka dari Everland." Ucap pelayan itu menambahkan informasi.

"Baiklah, aku segera ke sana." Angguk Mirela, sesaat ia memandang ke arah Matteo yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun karena sejak kemarin malam tabib memutuskan tak memberinya obat penidur lagi.

"Aku pergi dulu." Katanya pada pemuda itu, yang masih tertidur nyenyak lalu keluar meninggalkan ruangan tersebut.

Di depan nampak dua orang sedang menunggu ke datangannya dan saat Mirela figur Mirela nampak di depan mata, satu dari mereka langsung berlari dan memeluk gadis itu erat.

"MIRE!" seru Jena sambil memeluk gadis itu erat. "Apa kabar!?" tanyanya antusias.

"Kalian disini?" Mirela nampak kaget sambil melepas pelukan singkat dari Jena namun masih berpegang tangan dengan gadis itu.

Jena mengulum senyum lalu menatap ke arah Jafar. "Kami memutuskan untuk mengunjungimu karena tidak ada balasan surat. Apa kau dapat suratnya? Atau... jangan-jangan burung itu bodoh dan tersesat?"

Mirela bingung harus menjawab apa, tidak mungkin ia cerita burungnya sudah di kirim ke alam baka oleh Matteo. Jadi, ia hanya tersenyum jenaka menanggapi ucapan Jena.

"Kabarmu baik?" Jafar maju selangkah dan bertanya. "Wilayah kami sudah dengar tentang pemberitahuan Kaisar yang baru."

Mirela menganggukkan kepala. "Ya, semua sudah berakhir."

Disaat berkata demikian, Eros yang masih bergelantungan di atas dalam sekaratnya mencoba untuk meminta pertolongan dengan cara menggigit jarinya sendiri hingga terluka lalu menjatuhkan tetesan darahnya ke salah satu dari mereka.

Tes!

"Oh, apa ini?" Jena refleks mengusap pipinya dan mendapati cairan merah kental disana.

Segera gadis itu menoleh ke atas dan terkejut bahkan sampai mundur beberapa langkah menjauh ketika menyadari ada dua orang yang tergantung di atas kubah langit-langit teras.

"Ya Tuhan!" seru Jena syok.

Jafar juga turut melihat kengerian yang ada diatas sana dan langsung menarik tangan Mirela menjauh dari teras karena khawatir sekali.

"Kau tidak apa-apa, Jena?" tanyanya menoleh cepat pada teman masa kecilnya itu.

Jena mengangguk. "Aku tidak apa-apa tapi, apa itu tadi? Mengapa ada dua orang..."

"Mereka adalah pembelot Kekaisaran yang di hukum." Jawab Mirela apa adanya.

"Dihukum? Dengan cara mengerikan seperti itu?" Jafar menanggapi tak setuju, "ini tak benar Mirela, tempat ini berbahaya."

"Aku tahu." Angguk gadis itu, "tempat ini berbahaya dan aku berniat pergi dari sini tapi--"

"Tapi, apa?"

The Shadow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang