"Dia jatuh." Singkat Narnia menjelaskan, wanita berumur tiga puluh tahun itu menatap ke arah Calix dengan sedikit tajam. "Kau bisa tanyakan sendiri pada, Pangeran Mahkota setelah dia bangun."
"Lagi pula itu hanya terkilir," lanjutnya menimpalkan.
Calix mengangguk, dia mengerti penjelasan dari pihak Narnia kemudian menatap ke arah Mirela. "Kau ingin menjelaskan?" Tanyanya pada gadis remaja itu.
"Aku--"
"Pe-perempuan itu mendorongku, Paman Panglima!"
Mirela belum sempat menjawab saat suara anak laki-laki terdengar lebih dulu memotong perkataannya dan secara jelas langsung menuduh dirinya.
"Pangeran Mahkota, apa perkataanmu sungguh benar?" Calix mengambil Langkan lebih dekat ke arah Matteo dan berlutut di hadapannya lalu meraih tangan kecil anak itu.
Matteo mengangguk tetapi ekspresinya kelihatan khawatir terlebih saat sempat bersitatap dengan Mirela, buru-buru anak laki-laki itu membuang pandangannya ke arah lain.
"Aku mengatakan yang sebenarnya, Paman Panglima. Perempuan itu mendorongku ditangga." Ujar Matteo menyakinkan sekali lagi.
Sesaat ekspresi Narnia tertangkap basah seperti terkejut tapi kemudian wanita itu dapat menyembunyikan ekspresi tersebut hanya dalam waktu dua detik dan tersenyum miring.
"Kau dengar katanya?" timpal Narnia seolah menambahk bensin diatas api yang menyala. "Matteo masih sangat kecil dan anak kecil tidak pernah berbohong."
"Hah..." Mirela membuang nafas kasar tepat setelah mendengar penuturan Narnia. "Dia bohong. Mereka berdua bohong, mereka..."
Mirela menggeleng, matanya nampak memerah. Merasa seluruh emosinya menjadi tidak karuan saat anak kecil berumur lima tahun berbohong tentang kejadian sebenarnya dan menyeret Mirela sebagai pelaku padahal sedari awal bukan Mirela yang memberitahu pada Calix melainkan Narnia sendiri sehingga di ruangan ini terdapat dirinya, Calix, wanita itu, dan tentu saja Sang Putra Mahkota Matteo Haze.
"Mereka bohong!" bantah Mirela habis-habisan.
Narnia menghela nafas tak habis pikir seraya memainkan ujung rambut panjangnya. "Bagaimana mungkin anggota keluarga Kekaisaran berbohong pada keluarganya sendiri?"
Disatu sisi dia senang karena Matteo menjadikan Mirela sebagai pelaku tanpa perlu ia minta atau pengaruhi, bahkan sejauh ini Narnia sama sekali belum pernah ikut campur atas pilihan yang diambil oleh Matteo kecil. Tiba-tiba saja keadaannya jadi menyudutkan Mirela, gadis remaja yang kebetulan tidak Narnia sukai keberadaannya di istana sejak awal.
"Kau tahu aku tak melakukannya, Panglima." Mirela mengepalkan tangan erat, kedua matanya melotot. "Aku tak pernah menyentuh Pangeran Mahkota sedikitpun sejak hari itu, saat wanita tersebut melarangku berada disekitarnya."
"Lalu kau ingin bilang Pangeran Mahkota yang bohong?" seloroh Narnia.
"Sudahlah, Mirela." Ucap Calix menengahi situasi panas diantara keduanya. "Akui kesalahanmu."
"Apa!?"
"Lihatlah cara pelayan ini berbicara pada keluarga Kekaisaran. Kau tak punya malu?"
"Bukan soal siapa yang punya dan tak punya malu, tapi ini soal kebenaran!" seru Mirela nyaring bak menyerukan yel-yel pembelaan terhadap rakyat dari penjajahan.
"Tuan Calix, aku ini anak ini dikeluarkan dari istana. Aku tak ingin melihatnya lagi, bukankah itu jauh lebih baik daripada dipenjara karena telah mendorong Pangeran Mahkota?" celetuk Narnia mengabaikan seruan Mirela.
"Kau tak bisa melakukan ini padaku." Desis Mirela tak terima.
"Tentu saja. Tuan Calix...?"
"Panglima!" Mirela beralih pada Calix, pria itu menatap datar seperti tatapannya selama lima tahun terakhir ini tetapi tak ada yang berubah dari wajahnya secara spesifik. Dia masih sangat tampan di usia tiga puluh tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow Prince
Fantasy[TERSEDIA DI SHOPEE DALAM BENTUK NOVEL CETAK, langsung ketik Momentous Wordlab di pencarian terus buka akun shoppenya dan cari judul cerita ini💕] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditem...