30. Badblood

14K 1.5K 1.1K
                                    


Saat mendengar teriakan dari dalam istana baik Mirela maupun Matteo yang sedang berada dalam rencana mereka seketika tahu bahwa sesuatu yang tak benar sedang terjadi di dalam sana. Terlebih yang berteriak adalah Aisha. Meski tak semua para tamu memakan hidangan karena terjebak dalam situasi menegangkan, setidaknya Matteo punya waktu untuk mengeluarkan sang ayah dan ibu dari istana melalui pintu samping.

"Ibu... pergilah terlebih dahulu," pinta Matteo seraya menyerahkan tali kekang kuda pada wanita itu.

"Matteo, kau tidak ikut pergi bersama kami?"

"Aku..." sesaat Matteo menoleh ke arah istana sekali lagi, "kurasa seseorang yang membantu kita memerlukan bantuan."

Lana tertegun lalu ingat bahwa beberapa saat lalu mendengar teriakan Aisha. "Kau harus memeriksanya, Matteo." Wanita itu berubah pikiran seketika usai mengingat Aisha adalah gadis baik yang sifatnya berbanding terbalik dari sang ibu.

Matteo mengangguk. "Aku akan memeriksa situasinya." Lalu ia bergegas turun dari tempat kusir dan meminta sang ibu pergi terlebih dahulu. "Ibu pergilah ke tempat aman, sejauh mungkin dari istana ini. Jangan sampai ada yang bisa menemukan kalian. Pergilah ke perbatasan Sirasea, masuki daerah lain dan minta pertolongan."

"Ibu akan melakukannya." Angguk Lana dengan tekad tak ingin membebani putranya lagi. "Dan kau... berjanjilah akan secepatnya menyusul, kita tinggalkan Kekaisaran ini."

Sekilas Matteo mengangguk lalu kembali masuk ke gerbang kecil di samping istana guna memeriksa situasi menegangkan yang terjadi di dalam. Matteo berharap tidak ada hal serius yang terjadi karena ia sudah cukup lelah untuk terlibat lagi dalam perebutan kekuasaan antara Eros dan putranya sendiri, mungkin bisa dibilang begitu karena Natan menunjukkan tanda-tanda tidak suka pada sang ayah namun tak berani menentangnya.

"Yang Mulia Kaisar..." Perdana Menteri yang berada disebelahnya nampak syok saat tubuh tak bernyawa Narnia menggelinding sampai ke anak tangga terbawah setelah Eros menghempasnya usai mencabut Mahkota berdarah dari perut wanita itu.

Eros menoleh dan berkata dengan nada dingin. "Aku tak memerlukan pendamping," lalu ia menatap semua para bangsawan yang hadir malam ini. "Jika kalian tak ingin bernasib sama pergilah dengan baik-baik dari tempat ini tanpa menciptakan kebisingan."

Segera setelah Eros memberi perintah demikian, para bangsawan yang hadir satu per satu mulai pergi meninggalkan ruang aula tanpa membuat sedikit pun keributan sebab tak ingin membuat pria itu marah apalagi sampai tersinggung. Bisa-bisa nyawa mereka hilang dalam sekejap.

Setelah para tamu meninggalkan aula, Eros memerintah pada para prajuritnya untuk membawakan bintang utamanya pada malam hari ini.

"Bawa mantan Kaisar dan istrinya ke sini." Titah Eros tak sabar untuk memamerkan jabatannya yang kini telah berhasil menggantikan Yohan.

"Yang Mulia..." Perdana Menteri berupaya menegur. "Bukankah ini berlebihan?"

"Berlebihan?" Eros terkekeh, "sekarang aku memiliki segalanya. Segalanya!"

"Ayah hentikan!" pekik Aisha, ia beralih mendekati sang ayah dan meraih tangannya sambil berlutut. "Kumohon... jangan siksa siapapun lagi, tidakkah ayah merasa kasihan!?"

"Kasihan?" Eros tersenyum miring, "kenapa aku harus kasihan? Apa kau mulai bersimpati pada Mantan Kaisar dan Istrinya? Kau lupa kepalamu nyaris botak karena anak sialan dari mereka berdua?"

"Ayah!" masih berseru seolah tak takut pada sang ayah, Aisha tak ingin ada korban lagi setelah ibunya. "Ayah... hentikan, ibu... hiks..."

Hela nafas kasar Eros terdengar, sejenak ia merendahkan tubuh dan menggapai dagu Aisha lalu menariknya. "Sudahlah sayang, mengapa kau menangisi ibumu yang sudah tua dan tukang selingkuh, hm? Ayah akan membawakan ibu baru untukmu, jangan menangis. Ayah punya segalanya, ayah sudah berjanji tidak akan membuat kalian hidup susah. Ayah tak akan membiarkan anak ayah bekerja sebagai penghibur para pria. Ayah akan memastikan--"

The Shadow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang