32. Shoes

10K 1.4K 1.3K
                                    

Sepasang sepatu menjadi pemandangan Mirela pada pagi hari begitu ia membuka pintu kamarnya. Tak langsung meraih sepatu itu, Mirela lebih dulu melihat ke kiri dan kanan secara bergantian. Clingak-clinguk mencari seseorang yang sekiranya meletakkan sepatu cantik tersebut di depan pintu namun tak ada siapapun di lorong.

Mengingat rencananya semalam yang ingin kembali ke Everland, Mirela bergegas memasang sepatu tersebut ke kakinya lalu mencari keberadaan Matteo untuk pamit.

Sebetulnya bisa saja Mirela langsung pergi hanya... lebih sopan jika pamit, lagipula ia juga sedikit penasaran mengenai apa yang terjadi di aula semalam saat ia sedang tidur.

Alhasil langkah Mirela membawa dirinya sampai ke aula tetapi seluruh ruangan itu sudah bersih total, tidak lagi ada ceceran darah, maupun daging-daging manusia yang berserakan. Bahkan aroma wangi bunga-bunga tercium dari berbagai sisi, Mirela juga melihat beberapa pelayan sedang membereskan sisa alat kebersihan yang rata-rata masih manual.

"Tunggu," Mirela menghentikan salah satu pelayan dan bertanya. "Dimana Matteo?"

"Yang Mulia?" respon pelayan tersebut sambil menundukkan kepala, "beliau ada di depan bangunan istana ini."

"Baiklah, terimakasih." Angguk Mirela lalu bergegas keluar dari bangunan istana guna mencari keberadaan Matteo.

Begitu langkahnya sampai di teras luar, Mirela melihat ke sekeliling ketika tiba-tiba setetes cairan kental jatuh tepat mengenai bagian tengah keningnya. Mirela pikir itu mungkin kotoran hewan yang ada dinding seperti cicak, ia sudah kesal dan merasa jijik namun sesuatu yang jatuh itu perlahan mengalir menuruni hidungnya hingga sepasang matanya menyadari cairan itu berwarna merah seperti... seperti...

"Darah?" gumam Mirela tertegun lalu ia mendongak dan mendapati tiga orang yang terdiri dari Eros, Perdana Menteri, dan Natan tergantung dalam posisi terbalik tepat diatas kepalanya.

Dan darah yang menetes mengenai tengah dahinya merupakan darah yang keluar dari lubang hidung salah satu dari mereka sebab berada dalam posisi terbalik membuat darah mengalir menuju otak secara berlebihan sehingga keluar dari celah-celah lubang yang ada di kepala seperti telinga, hidung, mata, dan mulut.

Mendapati kenyataan mengerikan dengan kedua mata kepalanya, Mirela refleks memundurkan langkah namun punggungnya terasa baru saja menabrak seseorang. Membuat Mirela refleks membalikan badan dengan wajah gugup serta panik terlebih saat mengetahui bahwa Matteo adalah sosok yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Ada apa? Kau mencariku?" tanyanya bak tanpa beban, seolah pura-pura tutup mata mengenai hal yang mampu membuat Mirela memasang tampang ketakutan sesaat.

Perlahan sepasang tangan gadis itu saling meremas guna mengumpul keberanian untuk bicara dan mengatakan maksudnya mencari Matteo.

"Aku... aku ingin kembali ke Everland." Ujar Mirela dengan nada gemetar dan ekspresi tak terkontrol, "bisakah--"

"Apa kau akan pergi dalam keadaan seperti ini?" Matteo balik bertanya pada gadis itu, membuatnya jadi segera memeriksa kondisi diri terutama pada bagian pakaiannya yang kotor karena terkena tetesan darah dari atas langit-langit istana.

Lalu Matteo mengulurkan satu tangannya mengusap dahi Mirela yang terkena noda bercak darah menggunakan ibu jarinya dengan gerakan lembut lalu ia berkata dengan intonasi yang sangat-sangat amat pelan. "Semua orang akan melihatmu dan curiga, bersihkan dirimu terlebih dahulu, ganti pakaian, dan... baru kau bisa temui aku untuk berpamitan."

Pemuda itu lalu menarik tangannya dari dahi Mirela, membawa ibu jarinya yang kini ternoda darah akibat mengusap dahi gadis itu mendekat ke mulut lalu menjilatnya.

Jelas saja pemandangan itu membuat jantung Mirela seperti mau copot, kedua kakinya bahkan terasa sedang berubah menjadi jeli. Sulit sekali untuk menopang diri namun sebisa mungkin Mirela terlihat biasa saja agar Matteo tidak tersinggung dan memilih mengangguk, mengiyakan saran dari pemuda itu.

The Shadow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang