"Kau tersenyum?" Mike menegur Matteo selepas kepergian Asteria, wajah pemuda itu nampak berseri-seri tak seperti biasanya. "Apa gadis itu terasa spesial bagimu, hm?"
Matteo tak mengelak, ditatapnya Mike sekilas seraya menjawab. "Entahlah, aku hanya merasa bahagia saja saat bertemu dengannya seolah pertemuanku dan dirinya sudah ditakdirkan."
"Hoh?" Mike mencibir sambil menyenggol pelan lengan Matteo. "Kau menyukainya, akui saja. Banyak kok orang-orang yang jatuh cinta pada lawan jenis dalam sekali pandang."
"Berhentilah menggodaku mengenai hal itu, Mikhael." Matteo merespon dengan nada penuh peringatan, ia nampak menghela nafas lalu mempercepat langkahnya, pergi ke arah yang berlawanan dari Asteria.
"Uhm, baiklah." Angguk Mike patuh.
Namun tak langsung menyusul langkah Matteo, kening Mike berkerut kala mendapati sepasang siluet sedang berkejaran dikejahuan namun perlahan semakin lama semakin dekat serta jelas sehingga Mike tahu siluet itu milik seorang gadis dan seorang pria.
Gadis itu nampak melambaikan tangannya dengan cepat tetapi bukan untuk mengucapkan hai atau panggilan sapaan sejenisnya melainkan meminta Mike dan Matteo segera minggir sebab setelahnya gadis itu mendadak merunduk dan sebuah sepatu melayang cepat ke arahnya, eh tidak!
Tak!
Lebih tepatnya ke arah kepala Matteo dan... mengenainya. Tetapi, bukan gadis itu yang lakukan melainkan pria tinggi yang mengejarnya.
Setelah menyadari lemparan sepatunya salah sasaran, River terpaksa berhenti mengejar Mirela padahal niatnya hanya ingin membalas gadis itu sebab River tahu kalau tumpukan yang mendarat di kepalanya dilakukan oleh gadis itu secara sengaja.
"Maaf." Pungkas River segera mengakui kesalahannya pada Matteo lalu memungut sepatunya yang tergeletak. "Aku bukan bermaksud ingin menimpukmu, itu terlempar ke arahmu saat gadis tadi..." River melihat ke sekeliling namun Mirela sudah tidak ada disana. "Ah, dia... menghilang..."
Matteo menatap tajam ke arahnya. "Kau terlihat lebih tua dariku namun perilakumu sangat kekanakan." Cibirnya.
River tak ingin memperpanjang masalah, ia mengaku salah lalu pamit. "Aku minta maaf sekali lagi, permisi."
River sudah berbalik pergi tetapi tatapan beraura kebencian masih tertampak jelas dari kedua sorot mata Matteo bahkan Mike sampai turut merinding karena menyaksikan tatapan kematian tersebut.
"Sobat! K-kurasa sebaiknya kau berhenti memandangi punggungnya seperti itu, matamu seperti mengeluarkan pedang wushhhh wushhh... yang seolah ingin mencabik-cabik pria itu, menakutkan tahu!"
Segera setelah mendengar itu tatapan Matteo berpindah pada Mike dan sukses membuat pemuda itu kepayahan meneguk ludah. "H-hei... hei... bukan berarti kau boleh menatap begitu ke arahku, ya!"
"Sudahlah, kau mau ikut denganku ke pasar kota atau tidak?"
"Mau!"
"Kau ingin membeli sesuatu di pasar?"
"Ada beberapa hal, aku ingin membeli perbekalan dan mencari tahu tentang gadis itu."
"Asteria? kau mau cari tahu tentang gadis bernama Asteria itu!?" celetuk Mike tepat sasaran ketika Matteo mengangguk, ia nampak senang dan berseru. "Dugaanku benar! Kau menyukainya, sobat!"
"Mungkin..." gumam Matteo tersenyum tipis merespon seruan Mike yang dibenarkannya dalam hati.
Ada sesuatu istimewa yang menariknya mendekat ke arah Asteria entah itu takdir atau semacamnya, Matteo merasa nyaman dan aman di dalam tatapan gadis itu. Dia merasa kalau semua keresahannya selama ini perlahan menghilang dalam sekejap, beban pikirannya pun turut lenyap. Akan tetapi saat pandangannya beralih, Matteo merasa hidupnya kembali suram lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow Prince
Fantasy[TERSEDIA DI SHOPEE DALAM BENTUK NOVEL CETAK, langsung ketik Momentous Wordlab di pencarian terus buka akun shoppenya dan cari judul cerita ini💕] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditem...