Waktu kembali berlalu, entah bagaimana tiba-tiba lima tahun terlewati begitu saja dan kemarin tepat hari ulang tahun Sang Pangeran Mahkota, Matteo Haze. Usia anak laki-laki itu sudah genap sepuluh tahun sekarang dan sesuai dengan aturan keluarga Kekaisaran, Calix mencarikan guru pribadi untuk mengajar Matteo dari berbagai segi pengetahuan baik etika sampai wawasan kebijaksanaan."Aku akan mengirim putraku ke akademi," celetuk Narnia tiba-tiba. "Pangeran Mahkota akan belajar disini seperti katamu, benar?"
"Aku sudah memilih guru untuknya, besok pagi seharusnya dia sudah tiba disini dan mulai mengajar." Sahut Calix menjawab.
"Itu keputusanmu." Balas Narnia sembari mengibaskan rambut panjangnya yang menjuntai sampai melebihi pinggang. "Kau yang meminta Pangeran Mahkota tidak pergi ke akademi. Aku tidak ikut campur dalam hal ini. Jadi, suatu hari kau tidak bisa menyalahkanku jika terjadi sesuatu."
"Aku mencegahnya. Jika jauh dari istana, anak dari bangsawan lain mungkin bisa mengucilkan Pangeran Mahkota. Sekalipun statusnya lebih tinggi tetapi mereka hanya anak-anak usia sepuluh tahun. Aku tidak bisa mengawasi Pangeran Mahkota jika beliau ada dalam jarak yang jauh terlebih akademi bangsawan sifatnya tertutup." Lanjut Calix merespon supaya Narnia tidak perlu mencurigainya sebab satu-satunya orang yang patut dicurigai adalah dirinya sendiri.
"Ya, aku memahami kekhawatiranmu." Narnia mendekat selangkah ke hadapan Calix seraya mengusap bahu kanan tegap milik pria itu. "Tetapi, jangan khawatir... aku merawat Pangeran Mahkota dengan baik sampai dia mengira aku adalah ibkandungnya. Ckckck... dia akan sedih jika diberitahu fakta tentang orang tuanya, sebaiknya jangan dulu."
Calix menyorot datar ke arah Narnia, membuat wanita itu menarik tangannya menjauh dan mundur sebanyak dua langkah.
"Tenanglah, aku tidak ada niatan buruk. Jika aku ingin melakukannya sudah sejak lama kulakukan. Tapi, aku tidak melakukannya." Ucap Narnia bermulut manis seperti biasa.
"Aku masih mengawasimu sampai saat ini, jangan berpikir aku lemah karena diam. Aku mematuhimu hanya demi Pangeran Mahkota saja." Ujar Calix membalas tegas.
Narnia tersenyum. "Meski tak memiliki darah Kekaisaran, aku berhak tinggal disini karena separuh darahku mengalir dalam tubuh Pangeran Mahkota berkat asi yang diminumnya dariku."
"Lagipula..." jeda sesaat, Narnia mendekat lagi dan berhasil meraih serta mencolek dagu Calix nakal. "Disini hanya kau satu-satunya yang berpikir Permaisuri dan Kaisar akan kembali."
"Mereka akan kembali." Ujar Calix menanggapi.
Narnia menarik diri lalu terlihat mengendikkan bahu. "Siapa tahu, huh?"
"Ibuuu!" seorang anak perempuan yang kini genap berumur empat belas tahun berlari mendekat, memeluk Narnia erat.
"Kau sudah kembali, Putri?" ucap Narnia seraya membalas pelukan Aisha, putri kecilnya yang telah tumbuh dewasa secara perlahan.
Aisha mengangguk dan menjawab penuh antusias. "Sudahh!"
"Putri?" alis Calix terangkat satu mendengar panggilan yang Narnia katakan pada Aisha.
Respon pria itu membuat Narnia menoleh dan tersenyum. "Oh, aku hanya membiasakan panggilan itu pada anakku sebab nanti dia akan menjadi putri Kekaisaran ini."
Tidak ada respon dari Calix, pria itu nampak berbalik akan pergi sampai kemudian lagi-lagi ucapan Narnia membuat langkahnya terhenti ditempat selama beberapa saat.
"Aku telah memerintah kepada dua ribu prajurit untuk menghancurkan dinding perbatasan. Aku telah memutuskan--"
"Berani sekali kau!" Calix berseru memotong ucapan Narnia seraya mengarahkan pedangnya ke leher wanita itu seolah ingin menggoroknya tetapi tertahan beberapa centi sebelum terkena permukaan kulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow Prince
Fantasy[TERSEDIA DI SHOPEE DALAM BENTUK NOVEL CETAK, langsung ketik Momentous Wordlab di pencarian terus buka akun shoppenya dan cari judul cerita ini💕] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditem...