Hari itu, tepatnya 20 tahun lalu saat semua ini berawal...
"Narnia..." Eros tersenyum menghampiri wanita yang dicintainya selepas selesai melayani seorang pria. "Sampai kapan kau akan melalukan ini?"
"Sampai kau layak menjadi, suamiku." Sahut wanita itu. "Aku tetap akan melayani banyak pria untuk menyambung hidupku."
Eros menghela nafas. "Anak-anakmu berasal dariku, hentikanlah. Aku tidak suka melihatmu disentuh oleh tangan-tangan lain selain tanganku."
"Maka jadikan aku Ratu, Penguasa, atau apapun! Aku benci hidup miskin!" teriak wanita itu membalas sampai gigi-giginya terdengar bergemeletuk menahan kekesalan. "Gajimu sebagai kepala prajurit itu sangat kecil, Eros. Untuk makan seminggu saja tidak cukup dan kau memintaku untuk berhenti melayani para pria!?"
"Narnia, tenang..." Eros memeluk Narnia lembut seraya menbelai rambut wanita itu.
"Jika saja ayah dan ibu tidak pernah bercerai maka aku pasti tinggal di tempat ayah sekarang, aku pasti mendapat warisan dan posisi serta kekayaan seperti kakakku."
"Kakakmu?" kening Eros berkerut.
"Ya," sesaat Narnia melepaskan pelukannya dari Eros. "Apa kau percaya jika kusebut Alan si Tuan Tanah adalah saudaraku?"
"Mendiang ayahnya berteman baik dengan mendiang ayah Kaisar, kan?"
"Kudengar begitu." Sahut Narnia bergumam. "Hidup Alan sangat indah tak seperti hidupku. Setiap hari aku harus melayani banyak pria dan kau... aku mencintaimu tapi jika bersamamu kurasa aku hanya akan semakin sengsara."
"Narnia, aku punya ide. Tapi, untuk mewujudkan ide itu aku perlu bantuan darimu." Ucap Eros tiba-tiba membuat Narnia turut merasa penasaran.
"Ide apa?" tanyanya pada sang lelaki.
Eros lalu menjelaskan rencananya untuk mengambil alih istana dengan cara halus yakni menjadikan Alan sebagai kambing hitam supaya tangan mereka berdua tetap bersih.
"Temui Alan, provokasi dia. Kudengar dia menyukai Permaisuri. Dari beberapa pertemuannya dengan Permaisuri di istana, gerak-geriknya secara terus-terang mengatakan kalau dia menyukai Permaisuri Lana." Jelas Eros pada Narnia.
"Maksudmu, kau memintaku mendatangi Alan dan menghasutnya agar membunuh Kaisar?"
"Tepat sekali!" seru Eros tersenyum sumringah. "Saat kekacauan terjadi aku akan berupaya membawa Kaisar dan Permaisuri pergi ke tempatku. Kita tinggalkan Sang Pangeran supaya rakyat tidak curiga dengan skenario kita."
"Setelah itu...?"
Eros tersenyum. "Pihak istana akan mencari ibu susu untuk Pangeran dan hanya kau yang akan memenuhi kriteria karena kau muda dan sehat." Eros berucap sambil menatap bayinya dan Narnia yang baru lahir beberapa hari lalu.
"Kebetulan yang luar biasa bukan?" timpalnya.
Narnia mengangguk. "Aku akan melakukannya dengan baik."
Hari itu sesuai dengan rencana, Narnia mengunjungi Alan di kediamannya. Dia datang sendiri tanpa membawa kedua anaknya sebab Alan tidak perlu tahu soal kehidupannya sekarang.
Dengan mudah Narnia mendapat izin untuk masuk dan berbicara langsung dengan saudaranya itu. Dulu mereka sangat dekat namun sayang sekali Narnia dibawa pergi oleh ibunya setelah bercerai dan hidup sengsara tanpa mendapat warisan sepeserpun dari wanita yang melahirkannya sebab yang kaya adalah ayahnya.
"Saudariku?" Alan nampak terkejut tapi tidak terlalu menunjukannya. "Kau berkunjung setelah sekian lama? Ada apa? Ibu memintamu?"
Narnia menggeleng. "Aku ingin melihat kakakku," ucapnya berbohong sebab rupanya Alan pun tak tahu kalau wanita yang melahirkannya sudah meninggal sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow Prince
Fantasy[TERSEDIA DI SHOPEE DALAM BENTUK NOVEL CETAK, langsung ketik Momentous Wordlab di pencarian terus buka akun shoppenya dan cari judul cerita ini💕] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditem...