Keesokan pagi sekitar pukul sembilan Mirela baru terbangun dan hampir sama seperti kemarin, ada lima pelayan yang dan mempersiapkan segalanya sekaligus memandikannya, menggosok lulur secara berlebihan, dan memberi wewangian pada rambutnya.
"Nona, wajah anda terlihat kelelahan pagi ini." Ujar salah satu dari mereka.
"Apa tidur anda cukup?" merasa peduli pada kesehatan Mirela itu sebabnya mereka bertanya.
Mirela menggeleng pelan lalu menjelaskan kondisinya. "Kepalaku sakit sejak aku bangun tidur."
"Ah, mungkin Nona butuh asupan yang manis-manis. Nona harus minum madu, madu disini biasa digunakan untuk membersihkan bagian dalam tubuh karena kita tidak dapat menjangkaunya langsung dengan kedua tangan. Apa anda mau mencobanya?"
"Yah, aku tidak akan menolak saran bagus darimu." Balas Mirela menyetujui tawaran untuk mengonsumsi madu setelah ini, siapa tahu sakit kepalanya membaik.
"Saya akan menyiapkannya segera, Nona mau dibawakan ke kamar atau di ruang makan saja?" pelayan tadi kembali menawarkan pilihan pada Mirela dan gadis itu mengambil opsi kedua karena tak ingin aroma manis madu membawa serangga masuk ke kamarnya dan menetap.
"Diruang makan saja."
"Baiklah, Nona. Saya akan menyelesaikan rambut anda sebentar lagi." Wanita itu merespon disertai senyum ramah lalu bergegas menyelesaikan kegiatan menyisir rambut panjang Mirela.
Setelah kegiatan mandinya selesai pagi itu, Mirela turun menuju ruang makan. Sesekali ia berpapasan dengan para pelayan dan peralatan bersih-bersih mereka serta para prajurit yang tengah berkeliling guna memastikan situasi dalam dan luar bangunan istana senantiasa aman dari penyusup. Yang tidak aman hanya bagian teras karena disana tiga orang itu masih tergantung dan terhitung sudah dua hari Eros, Natan, dan Perdana Menteri melihat dunia terbalik itupun kalau keduanya masih diberi kesadaran untuk merasakan penderitaan.
"Nona," teguran halus dari pelayan wanita tadi membuat Mirela refleks mengalihkan pandang ke arah meja makan. "Ini madunya, anda bisa langsung mengonsumsinya."
Mirela mengangguk lalu ia duduk di salah satu kursi terdekat dan mulai mencicipi madu lezat yang diberikan padanya sampai tiba-tiba wanita tadi mendadak duduk dilantai dan mengeluarkan dua wadah perak dari bawah meja. Satu wadah berisi madu dan satunya lagi berisi air bersih.
"Saya akan memijat kaki anda, ini membantu membuat anda merasa lebih rileks nantinya." Ucap wanita itu lalu meraih kaki kanan Mirela dan mulai membalurinya dengan madu sebelum dipijat.
"Terimakasih. Omong-omong sudah berapa tahun kau bekerja disini?" tanya Mirela iseng.
"Aku mengganti kontrak kerja seumur hidup kakakku, dia sudah menikah dan bahagia sekarang." Jawabnya sambil tersenyum seolah tidak merasa keberatan akan alasannya berkerja di istana saat ini. "Dulu ibu kami juga bekerja disini tapi karena usia tua dia mulai sakit-sakitan jadi, kakakku menggantikannya selama sepuluh tahun dan sekarang giliranku."
"Jadi, kau..." nada bicara Mirela memelan dan seketika itu pandangannya langsung mengarah ke bawah sebab di depan sana ia melihat Matteo datang sambil memegang tangan milik seseorang.
Lagi-lagi pakaian pemuda itu berlumuran darah. Mungkin itu tangan salah satu dari Eros, Natan, atau Perdana Menteri. Mirela tidak mau menebaknya. Hanya saja itu benar-benar mengerikan terlebih saat Matteo berlalu melewatinya menuju anak tangga karena ruangan pria itu berada diatas lantai ruangan Mirela.
Bahkan wanita yang sedang memijat kaki Mirela juga menundukkan kepala sejadi-jadinya, ia takut sekali terutama ketika noda tetesan darah dari tangan tersebut tercecer di mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow Prince
Fantasy[TERSEDIA DI SHOPEE DALAM BENTUK NOVEL CETAK, langsung ketik Momentous Wordlab di pencarian terus buka akun shoppenya dan cari judul cerita ini💕] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditem...