Dingin, gelap, sakit.
Tiga kata yang menggambarkan keadaan Matteo saat ini, tadinya. Sampai kemudian ia berusaha menggerakan tangannya namun tidak bisa dan sadar bahwa dirinya berada dalam keadaan terikat ditempat minim cahaya serta sunyi sampai-sampai indera pendengarannya bisa mendengar bunyi serangga malam yang ada diluar.
"Dia di dalam?" suara wanita bertanya terdengar.
"Ya, Yang Mulia. Kami mengikatnya dengan tali tebal kuat yang biasa digunakan untuk kapal laut." Ujar seorang pria membalas.
"Baiklah, kalau begitu dia pasti tidak akan bisa membebaskan diri." Sahut wanita tersebut.
Matteo mengenali suara itu walau saat ini kondisinya belum bisa dibilang sepenuhnya sadar dan pendengarannya pun masih sayup-sayup sampai kemudian ia melihat cahaya yang berasal dari obor api bersamaan dengan derap langkah dua orang yang mendekat.
"Hahh..." hela nafas lembut terdengar, satu sentuhan datang mengusap puncak kepala Matteo lalu mencengkram rambutnya ke dalam genggaman. "Jika kau tidak kabur hari itu, aku tidak perlu repot mencari-carimu selama beberapa tahun terakhir. Itu menyebalkan, tahu?"
"Haruskah saya mencekokinya ramuan lagi, Yang Mulia?"
"Tidak, tidak perlu." Ucap wanita tersebut yang semakin lama semakin dekat dan menunjuk wajahnya secara jelas tepat di depan mata Matteo.
"Narnia..." lirih Matteo pelan sekali nyaris tak terdengar, hanya bisa didengar olehnya saja yang mengucapkan.
"Biarkan dia sadar lalu cambuk dia habis-habisan, jangan beri makan atau minum."
"Dan lagi..." Narnia meraih dagu Matteo sesaat sebelum meneruskan kalimatnya, ditatapnya wajah pemuda itu lamat-lamat lalu disenyumi remeh. "Selamat datang dipenyiksaan tidak akhir, Matteo. Atau haruskah aku memanggilmu dengan Pangeran Mahkota? Tentu tidak, posisi itu sudah diisi oleh putraku dengan baik."
Matteo mendengar semuanya namun ia tidak bisa melakukan apa-apa dalam ikatan yang membuat tubuhnya dipaksa berdiri, masing-masing pergelangan tangannya tampak terkelupas akibat kencangnya tali pengikat yang melingkar disana begitu juga pada pergelangan kedua kakinya.
"Mulai cambuk dia!" seru Narnia lalu mengambil langkah mundur, berbalik dan pergi meninggalkan ruang bawah tanah yang secara khusus hanya diisi oleh Matteo saja.
Segera setelah perintah tersebut berkumandang, seorang pria bertelanjang dada dengan proporsi badan kekar memasuki ruang bawah tanah bersama cambuk tebal kesayangannya dan tanpa basa-basi langsung melecutkan bagian ujung cambuk menghantam tubuh Matteo tanpa ampun.
Ctasshh!
Ctasshh!
Ctasshh!
Sementara itu di Everland, tepatnya di kediaman Duke Aslam. Mirela yang khawatir karena tak dapat menemukan Matteo dimanapun setelah mencari selama satu setengah hari merasa kalau satu-satunya orang yang tahu keberadaan Matteo sudah pasti Asteria karena terakhir kali keduanya bertemu.
Karena itu tanpa pikir panjang Mirela menyelinap diam-diam dan menempatkan dirinya diantara para pelayan sampai mendapat informasi tentang Damia, pelayan kesayangan Asteria atau bisa dibilang sebagai babu yang paling dekat dengan gadis itu.
"Anu..." saat mendapat kesempatan, Mirela mencoba berbicara dengan Damia karena sulit baginya datang pada Asteria tanpa melalui wanita itu. "Boleh aku tanya sesuatu?"
Damia yang sedang mengaduk sup menoleh ke arah Mirela dengan alis terangkat satu. "Tentu, apa itu?" masih dengan tatapan menyelidik, Damia bertanya lagi. "Kau... pelayan baru disini?"
![](https://img.wattpad.com/cover/355511056-288-k54559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow Prince
Fantasy[TERSEDIA DI SHOPEE DALAM BENTUK NOVEL CETAK, langsung ketik Momentous Wordlab di pencarian terus buka akun shoppenya dan cari judul cerita ini💕] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditem...