"Kepung seluruh halaman belakang sekarang juga!" begitu titah Narnia berkumandang, segerombol pasukan berisi lebih dari tiga puluh orang langsung melaksanakan perintah wanita tersebut dengan mengitari seluruh jalan keluar yang bisa dilalui lewat halaman belakang.
"Kau yakin?" Narnia bertanya sekali lagi pada Leya dan gadis itu menganggukkan kepala.
"Aku sendiri yang bertemu dengannya, seharusnya dia ada di halaman belakang sekarang." Ucap Leya membalas.
Narnia mengangguk pelan, "Mari kita lihat." Lalu berjalan di depan Leya, keduanya menuju halaman belakang sekarang tanpa tahu bahwa Mirela berada di aula bersama para pelayan lain.
Gadis itu sedang mencari-cari alasan agar bisa dibawa ke tempat ganti pakaian khusus para pelayan dengan cara menumpahkan sebuah minuman ke bagian dada sehingga gaun pelayan yang cenderung berwarna putih milihnya ternoda merah di bagian tersebut.
"Apa yang terjadi dengan gaunmu?"
"Seorang tamu menumpahkan minuman padaku tanpa sengaja." Jawab Mirela bohong.
"Ikut denganku, aku akan ke dapur dan kau belok ke arah sebaliknya menuju ruang ganti."
Mirela mengangguk. "Terimakasih."
"Ya, ayo cepat!" sentak si wanita berseru dan melangkah cepat disusul oleh Mirela yang sampai harus setengah berlari agar tidak ketinggalan.
Keduanya berbincang kecil dilorong, menanyakan usia, asal, berapa lama bekerja dan percayalah bahwa semua yang keluar dari mulut Mirela sebagai jawaban sebenarnya kebohongan. Gadis itu mengarang ini, itu, dan banyak lagi.
"Kau ke sana," wanita itu menunjuk lorong sebelah kiri. "Lurus saja maka kau akan sampai di ruang ganti." Sementara dirinya berbelok ke arah kanan menuju dapur guna mengambil hidangan lain untuk para tamu.
Mirela menghela nafas, ia merasa lapar dan haus karena belum sempat minum atau makan begitu mendarat di Sirasea. Ia langsung menuju istana dan menyelinap sampai sekarang. Hal itu membuatnya jadi merasa sedikit lemas karena tenaga terus terkurang untuk beraktivitas tapi tidak ada nutrisi yang masuk ke tubuh.
TT BBMs cepat..." gumamnya bertekad, "sebelum pesta berakhir dan sebelum Narnia memberi ultimatum untuk menggeledah seluruh istana. Sebelum itu, aku harus sudah membawa Matteo pergi."
Ya, prioritas utamanya adalah Matteo. Apapun yang terjadi Matteo harus keluar dari tempat ini, hanya itu keinginan mutlak dari Mirela sekarang.
Lagipula sebenarnya Mirela bukan ke ruang ganti untuk berganti pakaian melainkan mengambil pakaian pelayan dalam ukuran besar lalu diselundupkan kemudian cepat-cepat mencari jalan menuju ruang tahanan karena hanya ada satu kemungkinan Matteo di tahan disana. Realistis saja, mana mungkin Matteo di tahan di kamar atau tempat layak lainnya.
"Cari dia! Geledah seluruh istana! Tahan para tamu! Tutup gerbang istana sekarang juga!"
Mirela tersentak ketika mendengar seruan kencang suara Narnia sampai ke ruangan itu, dengan cepat ia langsung sembunyi di bawah meja karena tak lama setelahnya nampak Leya memasuki ruang ganti dan membanting-banting barangnya berusaha melampiaskan emosi karena di cap mempermainkan Narnia sebab Mirela tak ada di halaman belakang.
"Sial! Brengsek!" Umpat Leya, "gadis bajingan!"
Mirela tertegun, dalam hati ia mengomentari. "Padahal dulu kau yang paling membenci wanita itu, Leya. Huftt... semua orang memang akan munafik pada akhirnya, itu sudah jelas."
Prangggg!
Bahu Mirela terperanjat kala Leya membanting sebuah vas hingga pecah berserak di lantai, gadis itu nampaknya benar-benar emosi sekali entah karena Narnia atau karena Mirela.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow Prince
Fantasy[TERSEDIA DI SHOPEE DALAM BENTUK NOVEL CETAK, langsung ketik Momentous Wordlab di pencarian terus buka akun shoppenya dan cari judul cerita ini💕] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditem...