37. Pigeon

10.7K 1.4K 591
                                    

Pergantian Kaisar yang dilakukan Sirasea telah diumumkan pada seluruh wilayah baik yang dekat maupun yang terjauh agar tidak timbul kesepahaman seandainya nanti salah satu wilayah berniat menjalin kerjasama baik melalui ikatan pernikahan maupun bisnis keuangan.

Di Everland berita itu baru sampai oleh utusan dari Kekaisaran Sirasea sendiri dan Jafar mengetahuinya karena sempat berpapasan dan bertanya pada utusan tersebut mengenai Kaisar Sirasea yang baru.

"Keturunan tunggal dari Kaisar sebelumnya telah naik tahta dan menyatakan diri sebagai Kaisar, Tuan." Ucap lelaki itu memberi jawaban.

Seketika itu pandangan Jafar mengarah pada Jena. "Artinya Mirela berhasil?"

Gadis itu mengangguk. "Tentu saja! Aku sudah menduga bahwa rencananya itu menyingkirkan si nenek gila!" umpatnya pada akhir kalimat.

"Haruskah kita mengunjunginya sekarang? Dia belum juga kembali ke sini." Ucapan Jafar tersirat seperti seorang kekasih yang khawatir.

Jena mengangguk. "Kita akan mengunjunginya, pasti. Namun, sebelum itu bagaimana jika kita mengirim surat terlebih dahulu untuk memastikan situasi disana sudah benar-benar aman?" ujarnya mengajukan saran.

"Kau benar..." Jafar mengangguk setuju atas saran yang Jena berikan, "kita harus memastikan keadaannya dulu agar tidak merepotkan Mirela."

"Berarti saatnya kita meminta Celes menggunakan kepintarannya!" sekali lagi Jena berseru semangat lalu bergegas masuk ke toko dan menaiki anak tangga menuju ruang atas diikuti oleh Jafar.

Celes adalah nama seekor burung merpati pintar peliharaan keduanya, peninggalan dari Paman Bill yang kini sudah bahagia di surga, sepertinya. Celes disebut pintar karena dulunya biasa mereka gunakan sebagai media berkabar dengan sekutu kelompok namun setelah Jafar memutuskan berhenti merampok, Celes sudah cukup lama berdiam di sangkar.

"Haiii!" sapa Jena tersenyum lebar sambil membukakan sangkar bagi burung merpati tersebut. "Lama tak jumpa, Celes."

Kurrr~

"Kami punya tugas untukmu." Ucapnya lalu beralih menatap Jafar. "Jafar, cepat tulis suratnya selagi aku memberitahu pada Celes lokasinya."

Jafar menganggukkan kepalanya lalu bergegas melaksanakan permintaan Jena yakni menulis surat untuk Mirela. Diambilnya kertas dan pena tinta selagi Jena sedang sibuk memberi Celes makan dan bicara dari hati ke hati dengan burung merpati itu hingga setelah selesai, Jafar menggulung kertas kecil tersebut lalu diserahkan pada Jena.

"Sudah semua?"

"Sudah." Angguk Jafar.

Tanpa berlama-lama Jena lekas mengikatkan gulungan surat kecil itu ke kaki Celes lalu membukakan jendela untuk eAburung itu.

"Celes, sampaikan surat ini pada temanku dengan benar. Jangan sampai salah, ya?" pesan Jena pada merpati itu seolah sedang berbicara dengan manusia.

Kurr~

Selepas jendela dibuka, Celes terbang keluar bersama gulungan kecil surat di kakinya. Jena dan Jafar serentak melambaikan tangan. Keduanya berharap Mirela mendapatkan surat itu dan segera membalas agar mereka mendapatkan kepastian tentang kondisi gadis itu sekarang.

"Apa yang kau tulis di dalamnya?" tanya Jena iseng seraya menyenggol lengan Jafar menggunakan sikunya. "Kalimat penuh cinta seperti 'Mirela sayang kembalilah, aku sangat merindukanmu' pasti begitu!" serunya disusul tawa kencang.

"Mana ada seperti itu!" bantah Jafar namun pipinya memerah.

"Oh ya?" bahkan Jena juga menyadari perubahan warna pada pipi pemuda itu lalu menunjukkan. "Pipimu selalu lebih jujur dibanding mulutmu."

The Shadow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang