Matteo menyusul langkah lelaki tadi, memasuki arah hutan. Di dekatnya lelaki tersebut lalu ditepuk cukup kencang bahunya hingga si pemilik terlonjak kaget karena mengira tak ada seorang pun disekitarnya tadi.
Tangan Matteo terulur ke arah pria itu lalu berkata, "berikan semua uangmu padaku." Dengan nada memerintah dan sudah jelas tidak akan menerima segala jenis penolakan.
"Apa maksudmu?" lelaki itu nampak bingung dan refleks memeluk tas lainnya karena berpikir ia sedang dirampok oleh pemuda berwajah setengah seram. "Jangan coba-coba menyerangku!"
Masih dengan tangan terulur dan wajah datar, Matteo mengulang ucapannya lagi. "Berikan semua uangmu padaku maka kau bisa pergi."
"Kau pikir aku akan menyerahkannya begitu saja?" balas lelaki itu dengan nada tinggi dan mata melotot merahnya.
"Aku ingin semua uangmu." Pinta Matteo mengabaikan sorot ancaman dari lelaki tersebut. "Aku tak akan melakukan kekerasan padamu jika kau memberikannya dengan tenang dan baik."
"Hei, nak!" seru lelaki itu tak dapat membendung emosinya lagi. "Kalau mau uang kau harus mendapatkannya sendiri!"
"Aku sedang berusaha mendapatkannya dengan caraku." Balas Matteo santai.
Lelaki itu kemudian mengeluarkan sebuah pisau kecil dari balik pakaiannya untuk mempertahankan diri serta mempertahankan uangnya juga. Mana mau ia menyerah begitu saja terlebih kalau dilihat-lihat pemuda di hadapannya ini tidak semenyeramkan itu.
"Pergi dari hadapanku sekarang juga!" titah lelaki itu seraya mengarahkan pisaunya pada Matteo, "pergi kubilang!"
"Aku tak akan pergi sampai kau memberiku semua yang kau punya." Sahut Matteo.
Lelaki itu menggetarkan gigi. "Aku tak akan segan menggunakan jalan kekerasan meski ini bukan wilayah asli tempat tinggalku."
"Itu bagus," kekeh Matteo pelan. "Karena bukan berada di wilayah aslimu, jika kau mati disini tidak akan ada yang tahu karena tak seorangpun dari daerahmu akan mencarimu sampai ke sini."
Lelaki itu meneguk ludah dan menatap ke arah pisaunya. "Aku akan menyerang jika kau masih bersikeras, Nak!" ancamnya pada Matteo untuk kesekian kali namun seperti kata pemuda itu sendiri, dia tidak akan pergi sebelum mendapat yang diinginkan.
"Cobalah..." respon Matteo malah menantang balik sembari menempatkan kedua tangannya menyilang di depan dada, menunggu lelaki menyerah.
"Aku serius!" lelaki itu menoleh ke belakang, mulai terintimidasi dan berniat melarikan diri padahal semua ini akan berakhir mudah jika ia menyerahkan seluruh uangnya.
Merasa tak punya pilihan, lelaki itu maju selangkah dengan cepat ke arah Matteo seraya menodongkan pisaunya menuju wajah pemuda itu namun gagal terkena sebab Matteo menginjak kaki bagian depan lelaki itu dan membuat langkahnya terhenti.
"Jangan salahkan aku jika kau tidak selamat, Nak." Setelah berkata demikian lelaki itu memindahkan serangannya menuju perut Matteo namun lagi-lagi digagalkan sebab pergelangan tangannya lebih dulu ditangkap oleh cengkraman Matteo.
"Serahkan uangmu." Perintah Matteo, masih memberi kesempatan bagi lelaki itu untuk memilih jalan damai namun ditolak.
"Kau pikir aku takut, hah!? Kau pikir aku takut!? Aku bahkan lebih tua darimu, lebih dewasa, dan lebih berpengalaman dalam hal semacam ini!" seru lelaki itu yang sebenarnya sedang mencoba mengumpulkan keberanian untuk melakukan serangan ulang dan kali ini menyasar pada dada Matteo.
Berusaha menyerang Matteo dengan pisaunya lagi namun terhitung dari tiga serangan yang lelaki itu buat, tak ada satupun yang berhasil menggores Matteo barang seujung kuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow Prince
Fantasy[TERSEDIA DI SHOPEE DALAM BENTUK NOVEL CETAK, langsung ketik Momentous Wordlab di pencarian terus buka akun shoppenya dan cari judul cerita ini💕] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditem...