26. Sweetblood

12.8K 1.4K 534
                                    

"Pesta?" satu alis Narnia terangkat ketika putrinya mendadak mengajukan pesta padahal sebelumnya juga sudah diadakan pesta untuk dirinya. "Pesta untuk apa kali ini, hm?"

"Ayah." Jawab Aisha. "Aku ingin menyambut kedatangan ayah. Ayah baru kembali setelah sekian lama. Lagipula bukankah dalam waktu dekat ayah akan menobatkan dirinya sebagai pemimpin Kekaisaran?"

"Benar." Angguk Narnia mulai menimang saran dari sang anak, "semua orang harus tahu Kaisar mereka yang baru."

"Maka adakanlah pesta, Bu. Aku sangat ingin menyambut kedatangan ayah." Ucap Aisha seraya meremas jemarinya, mencoba mengumpulkan rasa gugupnya disana agar yang ada hanya kepercayaan diri setiap kali ia berbicara.

Narnia tersenyum. "Tentu, lakukanlah sesuai keinginanmu." Jawabnya. "Aku akan memberitahu ayahmu tentang pesta untuknya."

Aisha mengangguk. "Aku akan lakukan yang terbaik. Besok pagi-pagi sekali aku akan mulai menyebarkan undangan pada para tamu bangsawan dan mulai mendekorasi malam ini."

"Apa kau tak lelah, Nak?" Narnia mendekat, ia memasang wajah cemas sambil mengusap lembut sisi wajah putrinya.

"Aku tak akan lelah, Bu. Aku sangat bahagia dan tak sabar menyiapkan pesta penyambutan ayah sekaligus penobatannya sebagai Kaisar."

"Begini saja, pestanya lusa. Malam ini kau istirahat dan besok baru mulai dekorasinya. Ibu tidak mau kau sampai terjaga malam-malam. Kantung matamu akan muncul dan... kau akan terlihat tak segar, sayang." Ucap Narnia menasehati lalu dibalas anggukan kepala oleh Aisha sebelum akhirnya gadis itu memilih pamit untuk kembali ke kamar sementara Narnia pergi menuju ruang pribadi Eros, suaminya.

Mengingat sudah lama sekali mereka tidak bertemu, Narnia rindu berada di peraduan pria itu. Duduk saling berpangku, memadu kasih lewat ciuman, serta saling memeluk satu sama lain... segalanya Narnia rindukan.

Begitu sampai di depan pintu ruangan itu, Narnia bergegas mendorongnya dan masuk. Nampak pria tampan yang sudah berumur namun masih sangat segar dan kokoh itu sedang duduk setengah berbaring diatas kasur sambil menikmati racikan opium kesukaannya dan menyesap minuman beralkohol sesekali.

"Eros..." Narnia mendekat, mendaratkan bokongnya tepat disebelah Eros lalu mengusap sisi rahang tegas pria itu sampai pandangan matanya beralih menatap dirinya.

"Kau tidak merindukan aku?" tanyanya sambil cemberut, persis seperti interaksi bocah yang baru mengenal cinta.

"Sayang, aku merindukanmu..." Eros terkekeh pelan, dielusnya pipi tirus Narnia lalu ditarik dan dibawa mendekat untuk berciuman. "Aku menunggu momen ini selama bertahun-tahun karena jika aku langsung muncul, masyarakat akan merasa curiga dan bertanya-tanya seolah semua yang terjadi di Kekaisaran telah direncanakan."

"Sekarang semua telah berjalan sesuai rencana." Ucap Narnia beralih memeluk Eros erat, "kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi, penobatanmu sebagai Kaisar akan terjadi lusa. Putri kita Aisha yang akan menyiapkan sendiri dekorasi pesta untukmu. Harus ada perayaan besar."

"Aku baru saja ingin menanyakannya padamu, sayang." Kekeh Eros lalu mengecup singkat pipi Narnia. "Kau selalu bisa membaca jalan pikiranku."

"Itu karena aku dan kau saling mencintai, Eros." Sahut Narnia kemudian balas mengecup pipi Eros. "Kau tidak membawa kejutan untukku?"

"Aku membawanya." Pria itu menjawab dengan ekspresi ambigu, "tapi, tidak sekarang. Lusa akan kutunjukkan kejutan untukmu."

"Oh ya? Jadi, kau sama sekali tidak mau memberi bocoran padaku kejutan jenis apa itu?"

Eros menggeleng, diusapnya dagu Narnia dengan ibu jari kemudian diraih lembut sekali dan ditarik sampai wajah mereka berada dalam jarak yang sangat amat dekat.

The Shadow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang