CHAPTER 31

2.2K 113 34
                                    

Hai!!!

Selamat datang di chapter 31

Jangan komen *next* Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"author kok cantik" atau "semangat author 💪"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita White Thread. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸











Normal pov...

Markas Pusat The Phoenix

Beberapa anggota The Phoenix sedang berada di markas dan mereka berkumpul di ruang tengah.

"Lo viral banget di kampus, Ka. Gimana ceritanya lo bisa jadiin sama Embun?" Pertanyaan Panji barusan mewakili rasa penasaran anggota yang lainnya.

"Ya gue tembak dia buat jadi pacar gue dan dia terima gue." Afka menjawab kelewat santai.

"Yang spesifik dong kalau cerita." Ucap kesal Dira. Sejak tadi di kampus dia sudah gatal ingin menanyakan banyak hal pada Afka, tapi dia tahan.

"Ya intinya gitu lah." Afka membalas sambil berotasi matanya malas.

"Tapi yang di bilang Nafisya itu benar gak, Ka?" Pertanyaan itu berasal dari Bayu.

Afka mengenai nafas sebelum menjawab pertanyaan dari Bayu. "Embun emang sakit. Dia sakit kanker darah."

Semuanya dia mendengarkan jawaban Afka. "Gue nembak dia bukan karena kasihan, tapi hati gue bilang kalau gue harus bantuin dia. Gue harap kalian nggak ada yang bully dia. Gue cuman mau buat hari-harinya bahagia."

"Kita semua dukung lo kok. Nggak mungkin kita bully Embun. Secara dia berhasil luluhin  orang berhati es kayak lo yang anti dengan hal-hal berbau komitmen." Balas Zafran.

"Kita semua pasti akan bantu jagain Embun." Kata Bayu.

"Ngomong-ngomong leader kita kemana? Tumben gak ke markas." Kata Mario.

"Paling hibur pujaan hatinya. Kan pujaan hatinya lagi patah hati." Balas Nanda.

"Fiona juga kemana? Tumben juga dia gak ke markas waktu lo kewarkas, Li?" Tanya Masya pada Filio.

"Dia dari tadi sore ngurung diri di kamar. Gak tau kenapa." Jawab Filio santai.

"Ribut kali sama pacarnya." Sahut Andro.

"Bisa jadi sih itu." Balas Leo.















***

Terlihat Fiona berjalan ke arah meja makan. Wajahnya sembab dan rambutnya yang acak-acakan. Fiona duduk di sana jelas saja dia ingin makan, tapi dia tidak kunjung mengambil makanan yang berada di atas meja.

"Fiona! Kamu ngelamunin apa? Gih makan! Kamu belum makan sejak pulang dari kampus." Ucapan sang ibu itu mampu membuat Fiona tersadar dari lamunannya.

"Gak papa kok mi."

White Thread 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang