PANGERAN KENZO [END]

36. SEBAGAI TEMPAT UNTUK BERPULANG

hellow guys! apa kabar? semoga baik ya👍

sebelum baca, jangan lupa buat vote dan komen! biar mamaku bangga 💙

so, enjoyyy

36. SEBAGAI TEMPAT UNTUK BERPULANG

happy reading...

.

.

.

"Gue mau tau keadaan lo setiap saat, mau tau gimana hari-hari pacar gue. Jadi, jangan tertutup sama gue, ya?"

~Pangeran Kenzo Radeva

🌷🌷🌷

RASANYA kaki Azel terasa lemas untuk menopang tubuh. Dia menggeleng tidak percaya, berusaha menyangkal akan apa yang terucap dari mulut Andra. Azel benci mendapatkan fakta yang sangat menghancurkan.

Ternyata, Bianca adalah putri dari Viola. Wanita yang sudah menghancurkan keutuhan keluarganya. Dan Azel sangat membencinya. Jika saja Viola tidak hadir kembali ditengah keluarganya, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi.

"Maksud Ayah apa, sih? Orang Bianca teman aku," bantah Azel.

"Ayah udah bilang tadi, Zel. Bianca, dia saudara kamu."

Mata Azel sudah berkaca-kaca, menerima kenyataan sepahit ini. Dia tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Kenapa, semesta seolah berlomba-lomba membuatnya sakit melalui orang terdekat? Hubungan Azel dan Bianca sangat baik selama ini. Tapi kenapa dia berhubungan sebagai ibu dan anak dengan Viola? Azel tidak bisa menerima mereka. Terlebih, Viola.

"Terus ngapain mereka ada disini? Jangan bilang kalau Ayah mau ajak mereka buat tinggal serumah sama kita?"

"Ya, mereka akan tinggal bersama kita, mulai sekarang dan seterusnya."

"Enggak! Azel nggak mau serumah sama tante Viola," tolak Azel tidak suka. Tangannya mengepal, menatap nyalang Andra. Dia sudah terlalu banyak kecewa, sampai bingung harus merespon bagaimana.

"Ayah egois."

Setelah mengatakan itu, Azel berlari menaiki tangga memasuki kamarnya. Gadis itu membanting pintu dengan keras, tanda sedang marah.

"ARGHHHH," teriak Azel kemudian membanting semua barang yang berada dimeja belajar.

"GUE NGGAK MAU SERUMAH SAMA TANTE VIOLA!"

"KARENA DIA, KELUARGA GUE HANCUR. GUE BENCI!"

Gadis itu menjambak rambutnya frustasi. Air matanya sudah berjatuhan membasahi pipinya tanpa henti. Dia tidak bisa menerima ini, Azel tidak akan bisa. Kenapa hidupnya penuh dengan plot twist seperti ini?