64. CINCIN PERSIAPAN PERTUNANGAN

7.3K 219 34
                                    

haloooo! bagaimana kabarnya?

jangan lupa buat vote dan komen! biar mamaku bangga 🐨

enjoy! sekali lagi, ini hanya cerita fiksi, okay? meski banyak yang terinspirasi dari kehidupan aku 🐾💐

64. CINCIN PERSIAPAN PERTUNANGAN

happy reading...

.

.

.

"Jika kamu adalah senja di penghujung hari, maka aku adalah yang memandangi mu hingga gelap."

~Zizi selaku author

🌷🌷🌷

HARI ke hari, sudah dilalui oleh Azel selepas perginya Clares. Dia mulai menerima dan ikhlas sedikit demi sedikit. Tidak ada salahnya berduka atau mengenang, tapi tidak seharusnya berlarut dalam kesedihan terlalu lama.

Namun, seiring berjalannya waktu, semakin dekat pula tanggal pertunangan Azel dan Jio. Untuk pagi ini, Azel ingin mengusahakan membujuk Andra, mumpung ayahnya sedang berada di rumah.

Dimeja makan, Azel berhenti memasukkan roti selai kedalam mulut, untuk menatap Andra. "Ayah, pertunangan ini tolong dibatalin aja, ya?" pintanya, halus.

Andra menghentikan aktivitas makannya, begitupun dengan Viola dan Bianca, atas ucapan Azel.

"Jangan buat malu Ayah, Zel," balas Andra tegas.

"Tapi Azel benar-benar nggak mau, Yah. Ayah kapan sih, bisa ngerti Azel?" protesnya.

"Iya, Mas. Jangan terlalu memaksa Azel kalau dia nggak mau," tutur Viola, membela putrinya.

"Ayah sendiri pernah ngerasain, kan? Cinta itu nggak bisa dipaksa!" Bianca turut memberi penjelasan.

"Cinta bisa tumbuh karena sering bersama," balas Andra sama sekali tidak mengindahkan perkataan mereka.

"Pertunangan ini tidak bisa dibatalkan, Azel. Nanti siang, kamu harus fitting baju," lanjut pria itu kemudian bangkit dari duduk, melengos pergi dari meja makan.

Azel tertunduk, merasa lelah menghadapi sikap keras kepala ayahnya. "Jadi... Udah nggak ada kesempatan buat dipertahankan, ya?"

**********

''Gue capek, Nay. Pertunangannya udah nggak bisa dibatalin," adu Azel pada Nayla dan Maudy.

"Ayah lo keterlaluan banget sih, kata gue,'' komentar Nayla ikut kesal sendiri atas kelakuan ayah Azel.

"Sekarang... Gue harus apa? Pikiran gue buntu," ucap Azel.

Tinggal hitungan minggu, pertunangannya akan segera digelar. Azel juga harus memberi tahu Kenzo, terlepas resiko yang akan dia dapat.

"Udah, jangan sedih. Nanti Tante Clares ikut sedih di sana," Maudy mengusap bahu Azel, menyemangati. "Setiap masalah, pasti ada solusinya."

"Gimana kalau gue putus sama Kenzo?''

Pertanyaan tiba-tiba dari Azel, membuat Maudy dan Nayla saling tatap satu sama lain. Mereka berdua sepertinya sama-sama bingung harus merespon bagaimana. Bahkan Nayla sampai heran, kenapa masalah dan kesedihan selalu saja menghampiri sahabatnya itu?

"Lo yakin, mau ngelepas dia gitu aja?" tanya Maudy memastikan. Lebih tepatnya, gadis itu tidak yakin Azel akan rela berpisah dengan Kenzo.

"Nggak tau. Sayang nggak sih, kalau gue lepas cowok kayak Kenzo?" tanya Azel.

PANGERAN KENZO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang