Yeorobeun...sebelum lanjut nih, ada yang mau mimi umumkan..ehehehe, mimi ada rencana, mau buat pdf satu cerita yang belum pernah mimi publish sebelumnya. Baik di wattpad atau di karka karsa.
Genre romance, seperti biasa. Tapi..bukan GS melainkan BL..sebagian udah mimi simpan di draft, dan masih pengerjaan sampe sekarang walau nyicil, harap maklum kan ya..soalnya lagi padet juga di RL.
Mimi cuma bakal spill dikit-dikit di setiap cerita yg mimi up..
Kalau sudah selesai, bakal mimi umumkan..pun jika ada yang minat ya..
Oke..sekian pengumuman dari mimi.
Sok atuh..di lanjut..
****
Keadaan Jimin sudah tenang dirinya tidak lagi menangis. Ada keluarga yang selalu menemani dirinya. Sesekali Jimin juga akan melihat keadaan Jungkook yang belum sadar.
Awalnya mereka takut kalau Jungkook mengalami koma atau yang parahnya mengalami hal yang paling tidak mereka inginkan, bersyukur dokter yang menangani Jungkook langsung membantah semua hal itu
"Jungkook-san tidak masuk dalam kategori koma, hanya saja tubuh Jungkook-san memilih untuk beristirahat..mungkin dua atau tiga hari lagi dia akan bangun dari tidurnya.." ujar sang dokter membuat semua yang mendengar merasa lega.
Saat ini, Jungkook sudah di pindahkan di kamar yang sama dengan Jimin. Dan wanita cantik ini menatap dalam diam wajah tertidur sang suami.
"Kook...entah kenapa aku merasa ada yang sengaja ingin mencelakai kita. Atau mungkin saja ingin mencelakaiku, namun malah mengenai dirimu. Kenapa kebahagiaan yang aku impikan terasa susah untuk kita gapai..?? Apa Tuhan masih ingin menghukum ku akan kesalahan yang lalu??" Jimin menggenggam tangan sang suami yang bebas dari jarum infus.
"Kook...apa sefatal itu kesalahan aku, sampai-sampai Tuhan masih betah menghukum ku?? Tapi aku tau, kau pasti tidak ingin aku menyerah dan ya..akunakan terus menerima aoa yang Dia kehendaki, tapi kau harus terus disamping ku, Kook.." Jimin tak mungkin bisa hidup jika Jungkook tak ada disampingnya lagi.
"Kook..aku ada kabar bagus. Jungmin akan segera memiliki adik..keinginan anak kita itu akhirnya nya terwujud.." Jimin berujar dengan nada lembut, namun manik bulan sabitnya terlihat mulai berkaca-kaca. Sambil sebelah tangannya mengelus perut miliknya yang masih rata
"Kook...jangan lama-lama tidurnya, aku kangen..Jungmin juga terus menerus bertanya..hiks..hiks..Kook, bangun...kalau aku memasuki masa ngidam, bagaimana?? Kau harus jadi suami siaga kan??? Bangun Kook..hiks..hiks..bangun, ku mohon.." Pertahanan Jimin luruh, dirinya menangis sambil memegang tangan Jungkook erat.
Grep..
Tangis Jimin seketika berhenti saat ia merasa tangannya di balas genggam,
"Jimin...uljima..sayang" Suara Jungkook akhirnya terdengar, dengan cepat Jimin menatap sang suami yang perlahan membuka mata bambi miliknya, Jimin seketika tersenyum walau dengan air mata masih betah mengalir
KAMU SEDANG MEMBACA
can I ????
FanfictionJimin terpaksa menikah dengan Jungkook. Pria yang membuat dia harus mengandung anak yang tidak dia inginkan. Jimin si wanita angkuh di sandingkan dengan Jungkook, pria dengan kelembutan yang mengalahkan kelembutan seorang wanita. #1 kookmin 050224�...