[14] 2103🌷

13 1 0
                                    

🌷🌷🌷

'I love you. Even though i already yours.
ーyour brother. wkwk' ーDavid

●●●

Pagi hari yang cerah. Tersorot sebuah jam dinding yang selalu diabaikan di kamar David. Kali ini dia berbisik pelan, mengatakan kalau sekarang pukul 07:23. Walaupun sering di abaikan, dia masih menjalankan tugasnya.

Ferry masuk ke dalam setelah mengetuk tiga kali. Tidak ada jawaban dari dalam kamar David. Alhasil dia pun masuk, setelah punya alasan untuk melengos masuk ke dalam.

"Udah bangun lo?" sapa Ferry. Dia mendapati lelaki itu duduk termenung sendirian di atas kasurnya.

David menoleh singkat. Lalu kembali pada lamunannya. "Hmm, udah." balas David dengan suara rendahnya. Di tambah poin bangun tidur.

Lihatlah wajahnya yang kusut, rambutnya yang berantakan, matanya yang masih berat. Ferry menghela nafas, memberikan waktu untuk David mngumpulkan seluruh nyawanya. Entah dia punya berapa.

Beberapa menit berselang, David baru saja kembali dari kamar mandi. Usai membersihkan dirinya. Setelah selesai dengan urusan bersih-bersih dirinya, David kembali duduk bersampingan dengan Ferry.

Kali ini tidak di kamarnya. Melainkan di tempat biasa, di belakang rumah, tepian kolam renang.

Berbeda dengan Ferry yang tampak casual, selalu dengan celana pendek dan kaos putihnya, berbalut jaket simple warna dongker dengan sedikit garis putih di lengannya.

David justru terlihat lebih rapi, dengan celana cargo panjang warna coklat susu mirip krem cone ice cream. Di padukan dengan kemeja putih tak bercorak.

"Dav..." Ferry memanggil namanya dengan nada serius. Keseriusan Ferry berbalas dengan sautan malas, "Hm?" sahut David.


Meski sempat ragu, di tambah responnya yang menyebalkan, namun Ferry tetap mepanjutkan. "Lo mau join LION?" ujarnya.

Sambil tersenyum miring David menjawab, "Masa gue buat udah abis kaya gituan!" katanya.

"Farel ngajak gue." timpal Ferry menambahkan.

Dengan enteng, David menyaut, "Yaudah lo aja!" katanya. David tidak mengerti, kalau Ferry tidak akan mau cari masalahー jika bukan bersamanya.

Terbesit di benaknya hal yang mungkin menjadi alasan David. "Masih mikirin Dhyra?" celetuknya bertanya.

David menjawab dengan sejujurnya, "Iya. Tapi bukan masalah yang kemaren. Gue mikir, kalau gue ikut Lion, Dhyra gue gimana?" paparnya. "Gue gamau ninggalin dia lagi."

Ferry tampaknya punya ide lain untuk itu. "Lo gak percayain dia sama Raga?" katanya.

"Maksud lo?" sahut David mengerutkan keningnya. Tersirat kemarahan dari sorot matanya.

Mendengar nama itu disebutkan, David seolah langsung naik pitam. Entah apa masalah yang terjadi diantara mereka.

Ferry menambahkan kejelasan opini nya. "Mereka kan satu sekolah. Dia jugaー"

Jelas-jelas David menolak. "Gak! Gue ga akan pernah percayain Dhyra sama cowok sembarangan!" tegasnya.

"Em. Okay." Ferry mengerti.

Percakapan itu berlangsung singkat. Sebab David harus segera bersiap dan pergi ke tempat kerjanya. Sebuah toko pinggir jalan yang menjual alat musik elektronik.

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang