🌷🌷🌷
Melingkar sempurna wujud matahari tepat di atas kepala. Sejajar dengan jarum pendek yang mengarah pada angka 12 di jam manapun diseluruh dunia.
Ferry masuk dengan enteng ke dalam tempat tinggal David. Dari awal dia memasuki gerbang, menyusuri halaman, lalu ke pintu, hingga akhirnya sampai ke depan pintu kamarnya. David masih belum terlihat.
"David!" sapa Ferry kencang. Berharap David datang membukakan pintu untuknya. Berkali-kali dia ulangi, namun David tak kunjung datang. Krek! Pintu terbuka setelah Ferry mendorong tuas daun pintu.
Ternyata David masih tertidur di atas ranjangnya. "Yeh, masih tepar." gumamnya sambil berjalan mendekat masuk ke kamar David.
Ferry memberikan tamparan kecil untuk membangunkannya. Namun, David tak kunjung bangun. "David!" panggil Ferry sambil berdiri tegak sedikit condong di tepi kasur.
Tak lama, David berdecak singkat. Lalu dengan asal dia menyaut, "Apaa? Dhyra?? Hm?" David melenguh.
"Gue Ferry, bangsat!" sahut Ferry tidak ramah sambil menahan tawa. Lelaki itu geli sendiri mendengar jawaban temannya.
David terpukul dengan apa yang baru saja dia dengar. Segera ia membuka matanya. "Eh! Bangsat! Untung gak gue cium, lo!" katanya ikut nyengir.
"Hft..., ada apa lo pagi-pagi? " timpal David bertanya. Sambil memposisikan dirinya duduk dengan nyaman di atas kasur. Tangannya terlihat membasuh wajahnya sekali.
"Dasar, kebo! Liat noh jam segede gaban ga di pake. Udah jam 1." timpal Ferry geram.
David tercengang, reflek dia menoleh jam dinding di belakangnya. "Ah gila?" sahutnya.
"Lo gak kerja?" tanya Ferry curiga.
David pun menjawab, "Libur katanya." dengan nada polos tidak seperti biasa.
Ferry makin curiga. "Bukan di pecat, kan?" timpalnya.
Dugaannya kian menguat kala David memamerkan jajaran giginya, alias nyengir. "Ck, udahlah, David, David. Lo gak usah kerja. Lo punya temen, manfaatin aja! Selagi masih idup."
Kalimat terakhir yang Ferry ucapkan terdengar sompral di telinga David. "Hush! Ngomong sembarangan." tegasnya.
Balik lagi ke topik pembicaraan, David bertanya. "Apaan? Lo mau apa sama gue?"
"Mamaー"
Ferry terhenti sendiri. David pun tertawa dengan ucapannya. Lalu dia menyaut, "Widih jadi anak Mama, ya, lo sekarang?" katanya.
"Dengerin!" ketus Ferry meminta.
David mengangguk, Ferrt pun memulai ceritanya. "Nyokap gue bahas soal pertunangan itu lagi. Gue disuruh ketemu sore ini."
"Dia bilang sih gak maksa, kalo gue gamau gapapa. Tapi dia pengen gue ketemu sama dia.""Trus?" sahut David singkat.
Kemudian David menebak, "Jangan bilang, lo minta gue yang nemuin? " Ferry menggeleng. Namun David tetap sibuk ngoceh sendiri. "Ogah! Dibayar berapapun gue gak mau."
"Gak! Ngapain juga gue minta sama lo. Udah tau lo gak akan mau. "
"Tapi lo ikut ya, nemenin gue. Dari jauh. Jaga-jaga aja gitu.""Okei, siap pak boss."
Pembahasan tentang jodoh dan tunangan ini, membuat David teringat pada Viera. Gadis itu pernah mengaku mengandung anaknya. Tiba-tiba terbesit di benak David untuk bercerita pada Ferry. Namun, gengsinya mengurungkan niat itu.
Kemudian mereka memutuskan untuk ngopi sambil bersantai di belakang. Dekat kolam renang, seperti kemarin-kemarin.
Hingga tak terasa, waktu sudah mulai menunjukkan bahwa petang akan segera datang. Tak lama, bel berbunyi dengan ramai hampir di seluruh ruangan sekolah Kindergreen. Lalu satu persatu siswa mulai keluar dari kelasnya. Dan kemudian mereka terbagi menjadi beberapa golongan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Us [TAMAT]
Novela JuvenilKetika kita kembali bertemu, tapi ternyata, itu bukan kamu. Mungkin memang aku yang gila. Beranggapan bahwa, banyaknya orang yang hadir dikehidupanku adalah kamu. ーDhyra Anantasya. Perpisahan tanpa pamit, yang tidak disengaja, telah memisahkan dua...