🌷🌷🌷
Kebahagiaan kecil yang bernyawa itu telah kembali ke tempatnya. Dhyra tidak tahu dimana. Dia belum menemukan waktu yang pas untuk bertanya tentang mereka.
Raga pun tidak ingin menyebutkan atau menceritakan itu padanya. Sebab itu adalah bagian tersedih dari kehidupan mereka. Raga tidak ingin gadisnya jadi ikut murung di hari ulang tahunnya.
"Dhyra..," sapa Raga pelan, sambil kembali duduk di bangku depan halaman.
Dhyra mendelik dengan dehaman ramah, "Hm?" sahutnya singkat.
"Ini buat lo. Bunga kecil. Tapi dalemnya ada something. " ucap Raga menyerahkan benda kecil itu begitu saja.
Sebuah lampu kecil, di lapisi kaca bulat dengan dudukan kayu lingkaran pipih sebagai saklar di bawahnya. Yang di dalamnya ada beberapa batang bunga tulip merah muda yang menyala.
"Apa?" tanya Dhyra penasaran. Ternyata kaca itu bisa dipisahkan dari dudukan kayunya.
"Bukanya di rumah!" Raga menyela dengan kuat.
Dhyra menghela nafas ringan, pasrah. Kemudian dia mengalah, "Iyaiya. Makasih, Agaa...," ucapnya dengan manis.
Raga menghela nafas. Dia penasaran, "Kenapa lo jadi manggil gue Aga?" celetuk Raga beryanya.
Dhyra memutar bola matanya ke atas, ada jawaban yang tidak ingin dia utarakan. "Gaboleh?" timpalnya balik tanya.
"Boleh. Nanya aja." balas Raga. Sambil menatap Dhyra dengan wajah serius ingin tahu.
Dhyra pun menjawab simple, "Hm, karena gue suka aja gitu. Agaa..," katanya. Yasudahlah terserah dia.
Tiba-tiba Dhyra bangun dari duduk cantiknya. Melangkah ke sembarang arah, sambil membelakangi Raga. "Agaa..," panggilnya lembut menyapa.
Raga pun ikut beranjak. Dhyra menghaturkan perasaan senangnya. Senyuman manis merekah dengan sempurna di wajah cantiknya. Sambil menahan air matanya agar tak jatuh, Dhyra menguatkan dirinya.
"Makasih ya. Diantara banyaknya orang yang pergi di hidup gue, lo jadi salah satu yang bertahan."
"Diantara orang-orang yang bikin gue ga percaya sama cinta dan kasih sayang, lo sebaliknya."
"Makasih juga udah inget hari ulang tahun gue, makasih buat kejutannya, makasih buat pesta dan hadiah-hadiahnya. ""Sama-sama. " Raga tersenyum. Dia berpesan, "Jangan takut jadi cewek tujuh belas tahun. Jangan takut sama masa depan lo."
"Karena lo Dhyra gue, Dhyra Anantasya. " tambahnya mendalam. Dhyra senang atas itu.Kini gadis itu berbalik badan dan tersenyum ke arahnya. Raga berjalan mendekat. Tiba-tiba Dhyra berkata, "Aga, aku bingung." katanya.
Kemudian dia melontarkan kebingungannya, "Darimana kamu tau ini semua? Ulang tahun aku? Rasa takut aku tentang seventeen? Kamuー"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Us [TAMAT]
Teen FictionKetika kita kembali bertemu, tapi ternyata, itu bukan kamu. Mungkin memang aku yang gila. Beranggapan bahwa, banyaknya orang yang hadir dikehidupanku adalah kamu. ーDhyra Anantasya. Perpisahan tanpa pamit, yang tidak disengaja, telah memisahkan dua...