🌷🌷🌷
Sekolah sudah ramai oleh para penghuninya. Sebab sudah dua menit menjelang bel masuk berbunyi. Para siswa yang rajin dan baik hati, sudah bersiap di bangkunya dengan rapi. Tapi, berhubung sekarang hari senin, pastinya mereka akan turun lagi memenuhi lapangan untuk upacara.
Grace berbisik pada Dhyra yang baris di depannya, "Semangat!" katanya.
Ratu dari banjar sebelah ikut merapat dan merangkul Dhyra. "Kita semua dukung lo, jangan khawatir. " katanya. Ela bagian ngangguk-ngangguk aja dukung mereka berdua.
"Makasih," balas Dhyra. Dengan senyuman tipis yang mengembang di wajahnya.
Setidaknya, sepanjang upacara Dhyra tidak begitu kepikiran dengan itu. Dia tetap bisa fokus dan tenang, meski panas terik dari atas langitnya.
●●●
Entah mimpi apa semalam, amanat upacara hari ini sangat singkat, simple dan sederhana. Sehingga upacara tidak berangsur sampai siang. Barisan langsung di bubarkan pemimpin upacara, setelah upacara selesai.
Diantara banyaknya orang yang bubar dari barisan, diantaranya ada Bunga yang sedang mencari kesempatan. Kesempatan untuk mendekat pada Dhyra. Menanti celah yang akan membawanya pada Dhyra.
And, finally she got it!
"Dhyraa! " panggilannya kuat menggema. Mungkin sampai meraih satu bangunan sekolah.
Gadis itu mendekat dengan riangnya. "Lehernya bagus banget ya!!" timpalnya memuji dengan ironi.
Dhyra sudah tahu kemana arah pembicaraan ini mengalir. Maka dia memutuskan untuk mengabaikan Bunga. Namun, Bunga tidak mau ucapannya di abaikan begitu saja. Bunga menghadang langkah Dhyra, kemudian menarik tangannya. Pasang sorot mata mulai tertuju pada mereka.
"Gimana rasanya?? Perih? Sakit? Atau...., malah lo suka?!" tambah Bunga makin senangat mencibirnya.
Dhyra benar-benar tidak ingin membahasnya. "Padahal kemaren lo bilang, gue cewek ga baik. Eh taunya, lo sendiri malah....., " lanjut Bunga.
Bunga terlalu asyik nyerocos sesukanya. Mengabaikan ekspresi Dhyra yang seolah kesal bukan kepalang. "Kalian liat gak? Live Raga kemaren malem?!" ujar Bunga makin menarik perhatian.
Mendengar seruan Bunga, orang-orang disekitar mulai saling berbisik dan bertanya-tanya.
"Oh yang kemarin malem tuh Raga sama dia?"
"Iya cog! Pantes ceweknya kaya ga asing!"Dhyra semakin gelisah, satu sisi dia juga kesal karena Bunga banyak tingkah. "Bunga!" sentak Dhyra dengan kuat. Bahkan jari telunjuknya terangkat pada Bunga.
"Apaa?!" sahut Bunga dengan entengnya. "Malu kan? Kemakan omongan sendiri??" timpalnya. Senyuman miringnya terukir sangat sempurna, bersamaan dengan rasa senang yang dalam di atas penderitaan Dhyra.
Kemudian dia melanjutkan, "Hm..., oh iya! Lo kan ga punya malu!" Disusul oleh sebelah tangannya yang naik menutupi mulutnya asal. Dhyra ingin beranjak pergi menjauh dari Bunga, namun Bunga menguatkan genggaman tangannya dengan cepat.
Dhyra terus menarik paksa tangannya dari Bunga, namun tak kunjung lepas. Sebab Bunga sejak awal memang sudah mental perundung, jadi fisiknya pun memadai.
Kini Bunga beralih mendekat pada Dhyra. Hendak menyibakkan rambut Dhyra yang menutupi tanda itu.
"Ga usah pegang gue!" Dhyra berontak kuat. Saat itu, untungnya Dhyra bisa terlepas dari genggaman tangan Bunga.
"Ohh? Gue ga boleh, tapi Raga boleh?? " sahut Bunga sangat dramatis. Dia maunya apasih? Kalimat tersirat dari kerutan di kening Dhyra.
Dhyra ingin menyaut, tapi kemudian Bunga memutar bagian ketika Dhyra berkata, "Aku gak sudi! Lebih baik Raga yang nyentuh aku daripadaー"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Us [TAMAT]
Novela JuvenilKetika kita kembali bertemu, tapi ternyata, itu bukan kamu. Mungkin memang aku yang gila. Beranggapan bahwa, banyaknya orang yang hadir dikehidupanku adalah kamu. ーDhyra Anantasya. Perpisahan tanpa pamit, yang tidak disengaja, telah memisahkan dua...