🌷🌷🌷
15! Tanggal hitam yang terpampang dikalender dengan pin istimewa. Ada apa dihari ini? Tentunya sesuatu yang menjadi awal langkah Dhyra untuk memperbaiki hidupnya.
Dhyra sudah siap untuk pergi, dia telah selesai berdandan dan merapikan diri. Lalu kemudian muncul perlahan menampakkan dirinya keruang tengah. Diruang tengah, tampak David yang sedang merapikan rambutnya.
"Mau kemana? " tanya David menyapa Dhyra yang tersenyum manis menatapnya. Rasanya Dhyra ingin meminta dukungan dan doa sang abang, tapi Dhyra ingat bahwa Ferry memintanya untuk menjadikan ini rahasia diantara mereka.
Dhyra sedikit bingung ketika David menanyakan alasannya berdandan rapi seperti itu. Namun, Ferry membuatnya lega dengan datang diwaktu yang tepat.
"Tes." jawab Ferry dengan tangan yang terombang-ambing ke kanan ke kiri memainkan kunci mobilnya.
"Tes apaan, Fer? " sahut David bertanya pada Ferry, awalnya David menanggapinya dengan santai karena berfikir Ferry bercanda.
"Masuk sekolah," jawaban Ferry membuat David menghentikan geraknya menyisir rambut.
David mencoba tetap tenang dan menanggapinya dengan santai. David menyelesaikan urusan nyisir nya terlebih dahulu. Kemudian meletakan sisirnya setelah selesai.
"Sekolah? Sekolah mana?" sahut David menaikan nada bicaranya. Tatapannya yang tenang kini beralih menjadi serius.
"SMA Kindergreen." jawab Ferry masih dengan percaya diri. Ferry tahu akan bagaimana reaksi David nantinya. Namun, sedikit harapan dihatinya agar David menerima keputusannya karena sesungguhnya itu baik baginya dan Dhyra.
David menunduk perlahan, mengepalkan tangannya perlambang khawatir. Kemudian menoleh pada Dhyra yang berdiri dibelakangnya.
"Dhyra, lo masuk kamar dulu.. " pintanya pada Dhyra dengan nada datar.
"Bang, akuー" sahut Dhyra mencoba menenangkan abangnya.
"Masuk kamar! Faham kan, cantik?" tegas David tanpa berpanjang lebar.
Tanpa panjang lebar juga Dhyra menurutinya, Dhyra masuk ke kamarnya, menutup pintunya, kemudian duduk di atas kasur dengan panik memenuhi pikirannya.
"Dav?" sapa Ferry.
"Kenapa lo masukin adek gue kesana, Ferr?" tanya David tegas pada Ferry.
"Lo taukan kondisi gue gimana?" lanjut David semakin menaikan nada bicaranya, sebelum Ferry menjawab.
"Gue pengen bantu, Dav.. Adek lo harus sekolah.. dan gue mampu" jawab Ferry dengan pelan dan tenang.
"Gue ga mau ngerepotin lo!" bantah David yang sejak dulu tak suka dengan konsep balas budi. Makanya David tak pernah ingin kehutangan atas kebaikan orang lain padanya.
"Gue ga repot cuma karena hal ginian, Dav. Gue udah pernah bilang sama lo, yang gue lakuin ga ada apa-apa nya dibandingkan lo waktu itu,"
"Gue gabisa jadi support sistem yang bakal hibur lo, nemenin lo, kasih lo motivasi.. gue gabisa! Cuma ini yang gue bisa.. "
Jelas Ferry panjang lebar, dengan tenang namun penuh tekanan. David yang tak ingin menyela penjelasan temannya ini membiarkannya sampai selesai."Jadi donatur? " sahut David bertanya.
"Ya, cuma itu yang orang tua gue ajarin. Gue sendiri gafaham apa itu kasih sayang keluarga." Ferry terus terang, meski sudah mengetahuinya tetap saja David terpukul tiap kali mendengar keluarga Ferry.
"Gue bakal berusaha bayar sekolah Dhyra." ucap David berniat mengakhiri pembicaraan mencekam diantara mereka.
"Ada gue Dav..," Ferry menyela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Us [TAMAT]
Teen FictionKetika kita kembali bertemu, tapi ternyata, itu bukan kamu. Mungkin memang aku yang gila. Beranggapan bahwa, banyaknya orang yang hadir dikehidupanku adalah kamu. ーDhyra Anantasya. Perpisahan tanpa pamit, yang tidak disengaja, telah memisahkan dua...