🌷🌷🌷
Mentari semakin naik, Dhyra tak tahu apa yang harus dia lakukan ditempat baru ini. Akhirnya dia memutuskan untuk berkeliling mengenal lebih jauh tempat ini. Tentunya Dhyra tak ingin nyasar saat ke dapur seperti saat Dhyra hendak sarapan tadi.
Setelah di rasa cukup, Dhyra mendapati akhir tour vila itu membawanya ke halaman belakang yang belum dia sadari keberadaannya.
"Hai Dhyra!" sapa Kak Ferry, menghampiri Dhyra yang sedang bersantai diayun-ayunan pada halaman belakang vila.
"Hai kak!" sahut Dhyra menyambut sang tuan rumah.
"David nyuruh gue jagain lo, gue ga akan macem-macem kok." ucap Ferry memberikan kejelasan akan kedatangannya yang tiba-tiba.
"Aku bisa sendiri kok," Dhyra tak enak jika menjadi beban yang harus dijaga setiap saat oleh orang lain.
"Gapapa, gue gabut juga dirumah." Ferry beralasan agar Dhyra tak menolak.
Dhyra mencoba mencari jawaban lain, tak enak kalau seolah dirinya mengusir kehadiran Ferry. Tapi kalaupun dipaksa, Dhyra tak nyaman bila berduaan dengan orang yang baru dikenalnya.
"Mau aja disuruh-suruh sama bang David?" cetus Dhyra diakhiri dengan tawa diujung kalimatnya. Dhyra yang spontan tertawa meletakan tangannya menutupi mulutnya.
"David itu..., dulu baik banget sama gue." pembukaan Ferry akan cerita panjangnya. Sontak Dhyra menoleh pertanda serius mendengarkan. Tatapannya juga fokus menatap, menunggu lanjutan cerita dari teman abangnya ini.
"Bahkan setelah dia jadi panutan, jadi populer, dia tetep inget sama gue. Makanya gue juga bakal selalu inget sama dia." jelas Ferry memberikan pengakuan tentang budi baik David pada sang adik.
Dhyra tak pernah menyangka kalau bang David adalah tipikal teman yang solid, bahkan sampai segitunya teringat oleh Ferry. Memikirkan itu membuat Dhyra tertunduk haru, bercampur dengan rasa bangga yang mulai menyerang hatinya.
"Gue boleh nanya sesuatu gak sama lo?" lanjut Ferry meminta.
"Nanya apa kak? " sahut Dhyra bertanya.
"Apa yang terjadi selama dua tahun ini? " tanya Ferry setelah mengubur gengsinya dalam-dalam. Dhyra termenung sebelum menjawab.
"Maaf, kak. Tapi aku gabisa jawab tanpa persetujuan bang David," tidak sesuai ekspetasi, Dhyra menolak untuk memberikan jawaban. Di tambah lagi, Dhyra juga merasa hal seperti ini tak pantas dibagi dengan orang lain.
"Pasti berat ya? Sorry.., " sahut Ferry mencoba memahami. Dhyra tersenyum menguatkan dirinya.
"Btw, lo sekarang kelas berapa? " tanyanya beberapa menit kemudian, berniat ingin mengganti suasana.
"Harusnya kelas 11..," jawab Dhyra mengingat.
"Harusnya? Lo sekolah kan? " tanya Ferry yang baru teringat tentang pendidikan adik sahabatnya satu ini.
"Ya, setidaknya sampai sebulan yang lalu." jawab Dhyra terus terang. Sebenarnya Dhyra tak ingin terlalu buka-bukaan tentang kehidupannya, namun dia juga tak tahu bagaimana menyanggah pertanyaannya.
"David ga bilang sama gue," batin Ferry mengingat percakapannya dengan David.
"Gabisa nih gabisa, lo harus sekolah! Ikut gue sekarang! " ujar Ferry mengajaknya. Dia teringat waktu itu, dia pernah mendapatkan selembaran penerimaan peserta didik baru."Aku izinー" jeda Dhyra sejenak menghentikan gerak-gerik Ferry yang antusias membawanya pergi.
"Gue dah izin bakal bawa lu keluar sama David, ayo! " Ferry meyakinkan Dhyra.
![](https://img.wattpad.com/cover/359006548-288-k582297.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Us [TAMAT]
Novela JuvenilKetika kita kembali bertemu, tapi ternyata, itu bukan kamu. Mungkin memang aku yang gila. Beranggapan bahwa, banyaknya orang yang hadir dikehidupanku adalah kamu. ーDhyra Anantasya. Perpisahan tanpa pamit, yang tidak disengaja, telah memisahkan dua...