[11] Dear 🌷

10 1 0
                                    

🌷🌷🌷

"Kalo gue nolak ya berarti emang gabisa!" ujar Dhyra membuat Raga sedikit menjauh.

"Sekali aja, dear..." sahut Raga. Dengan sapaan itu lagi. Sambila lelaki itu kembali mendekatkan dirinya.

Tak terlalu dekat, tapi kali ini dia meletakkan bibirnya berdekatan dengan Dhyra. Bahkan hingga bersentuhan, perasaan Dhyra benar-benar tak karuan. Paras Raga yang menawan, membuatnya seolah terhipnotis dan tak sanggap melawan.

Raga semakin mendekatkan keduanya. Dhyra terdiam dan terpaku, meratapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Ingin melawan tapi tak mampu. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat, tubuhnya seolah memanas dan merah seperti kepiting rebus.

Namun rupanya, Raga tak bertindak lebih jauh. Raga hanya mendekatkan keduanya. Kemudian tertawa dengan sangat puas.

Tapi rasanya, tawa itu sangat menyebalkan untuk didengar oleh Dhyra. Semakin Raga tertawa, semakin Dhyra cemberut.

"Haha, bercanda Dhyr," kata Raga masih cengengesan. Lelaki itu memang terlihat lebih ganteng kala tertawa. Tapi kali ini taqa dan senyumannya menyebalkan.

"Jaketnya mau lo balikin atau engga? " tanya Raga sambil mengulurkan tangannya.

Dengan cepat Dhyra meletakkan jaketnya ditangan Raga. Lalu dengan cepat pula, Dhyra meninggalkan Raga. Kekesalan dalam hatinya, biarlah dia pendam sendiri untuk sekarang.

"Thanks.. " kata Raga berterimakasih. Tak lama berselang, Bunga menghampirinya dengan permen bulat merah dimulutnya.

"Nice try, Ga!" katanya menyapa.
"Tapi.. kenapa gajadi?" lanjutnya bertanya, ternyata sedari tadi dia memperhatikan dari kaca perpustakaan.

"Yang kaya gitu ga pantes buat dipertaruhkan," jawab Raga.

"Gi pintis biit dipirtirihkin.., tapi lo coba! Ergh! " dengus Dhyra kesal. Rupanya Dhyra belum benar-benar meninggalkan tempat itu.

Dari balik pilar, Raga kembali menemukan Dhyra dan sengaja menghampirinya. Langkahnya mulai terdengar bersuara. Dhyra pun tertegun.

"Gue tau lo baper...," ujar Raga yang lagi-lagi tiba-tiba ada dibelakang Dhyra. Suaranya yang rendah dan pelan, seolah langsung memanah ke dalam jiwa.

"Hah? Engga tuh!" Dhyra berbalik dan kembali menyaut, "Dah, gue duluan! Thanks jaketnya!" lanjutnya lalu bergegas pergi kembali ke kelas.

"Kalo baper kabarin aja!" seru Raga berpesan dengan lantang. Sebab Dhyra terus menjauh.

"Dasar ya tu cowok!! Emang niatnya baperin gue doang!" gumam Dhyra sepanjang perjalanan menuju kelasnya.

Sesampainya dikelas, Grace dan Ela menatapnya. Sepertinya mereka ingin menanyakan apa yang terjadi dan apa yang telah Dhyra lakukan. Namun niat mereka urung setelah kedatangan guru mapel kesayangan mereka.

Dua jam pelajaran ini berlangsung dengan sangat luar biasa seru. Bu Dina selaku guru PPKN adalah guru terfavorit karena selalu seru dalam mengajar. Hingga akhirnya, bel pulang berbunyi masuklah waktunya pulang.

●●●

"Gue masih bingung.. dia itu Sagha kan? "
"Entah gue terlalu berharap atau gimana. Tapi gue ngerasa kalau dia itu Sagha.. Bahkan meski semua data dia disini Raga "
"Apa jangan-jangan, dia emang udah siapin semuanya buat ngerjain gue? "
"Ga mungkin sejauh ini, tapi (...),"

Ditengah lamunannya dikamar kesayangannya, Dhyra bergumam sendiri. Entah sadar atau tidak, apa yang dia pikirkan benar-benar terucap. Pintu kamarnya juga terbuka lebar, bagaimana kalau abang pulang dan mendengar apa yang Dhyra gumamkan?

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang