[27] Jangan🌷

11 1 0
                                    

🌷🌷🌷
Jangan, ya? Raga punya gue...,


Langit sebentar lagi gelap, karena matahari perlahan tenggelam. Pertanda malam akan datang.

Krek! Pintu kembali tertutup dengan rapat. Dhyra pun masuk ke dalam rumah, dia mendapati David terduduk di sofa di ruang tengah.

Rasanya lelah, namun juga lega, berbincang ria bersama anak-anak kecil ternyata membangkitkan moodnya. Membuat Dhyra merasa senang dan terpancar kebahagiaan tersendiri dalam hatinya.

"Baru pulang? Dari mana?" ujar David bertanya. Seperti polisi yang mengintrogasi demi keamanan.

Dhyra pun menjawab jujur, "Ke taman yang kemaren."

Sedikit loading mengingat taman mana yang dimaksud. "Nyari apa?" tanya David.

"Nyari angin." jawab Dhyra dengan entengnya. David terdiam dengan jawabannya. Rasanya mustahil kalau hanya mencari angin, "Disini juga ada. Trus, ketemu siapa?" balas David.

Sebelum menjawab, tampak senyum manisnya merekah. "Ketemu anak-anak yang lagi ulangtahun."

David tidak yakin, tapi dia tidak bisa meragukan adik manisnya. "Hah, lagi? Perasaan waktu kita kesana juga ada deh." cetus David.

"Mungkin ulangtahunnya memang berurutan, haha."

Setelah sedikit pertanyaan ringan itu, David mengarahkan Dhyra untuk membersihkan diri. Lalu bersiap untuk makan bersamanya.

"Oh ya, Raa! Malem ini gue lagi yang masak gapapa ya?"

"Gapapa. Makasih banget loh justru."

Melihat adik manisnya sibuk terduduk sambil bermain handphone, David merasa bosan di abaikan. Di kepala Dhyra, masih terbalut handuk yang menahan rambutnya. David tambah gemas melihatnya. Bukannya segera di keringkan, malah sibuk main ponsel.

Langkah besarnya mendekat pada Dhyra, lalu mengambil tempat dan duduk di sampingnya. "Ayo keringin rambutnya! Chat an sama siapa, sih?" ujarnya sambil mengintip.

Dengan slay Dhyra menunjukkan layar ponselnya lalu menjawab, "Sama Grace, Ratu, dan Ela, di grup. Abang mau join?" katanya.

David mendelik pada layar ponsel Dhyra. "Grup jamet? Ogah!" cetusnya kemudian.

"Enak aja! Emangnya aku jamet gituu? " timpal Dhyra merajuk manja.

"Menurut lo gimana?" balas David sambil nyengir.

Sambil wajahnya mengernyit marah, dia menyaut, "Masa adeknya David jamet? "

Melihat Dhyra berlagak marah padanya, David gemas hingga tak tahan dan memberikan satu cubitan di pipinya.

"Taro hape nya. Gue keringin rambut lo," titah David kemudian.

David memulai dengan mengaktifkan alat pengering rambut itu. Sambil perlahan memulai, Dhyra masih belum meletakkan ponselnya. Justru Dhyra membuka aplikasi kamera dan selfie dengan David di belakangnya seperti tukang cukur.

Lalu dengan isengnya dia kirim ke grupnya bersama trio Angel. Hehe, isengin abang dikit.

●●●

Pagi ini, Dhyra datang lebih pagi. Berjaga kalau perbaikan jalan masih belum selesai, dan dia harus memutar jalan. Kan bahaya kalau dia terlambat lagi.

Hft, untungnya kali ini dia tidak terlambat. Tepat 30 menit sebelum bel berbunyi, Dhyra sudah sampai di gerbang sekolah. Langkahnya tertahan oleh kerumunan orang ramai yang memenuhi halaman sekolah.

Dalam hatinya dia bertanya-tanya, tentang apa yang sedang terjadi di depannya. Orang-orang di depannya sebagian besar terasa asing. "Lewat aja deh, kaya biasa," pikir Dhyra dalam hatinya.

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang