[50] Ibarat🌷

6 1 0
                                    

🌷🌷🌷

Sayap pelindung dan Pangeran berkuda.

🌷🌷🌷


Rintikan bulir air yang jatuh dari plastik infus, samar terdengar berirama. Bersamaan dengan hembusan pendingin ruangan yang mengalirkan suasana yang dingin.

Termasuk hari ini, sudah dua hari sejak Dhyra di rawat disini. Di ruangan Dhyra saat ini, tampak Ferry sedang terduduk sambil bersandar di kursi tunggu dalam ruangan. Sedang David duduk di kursi solo yang ada di samping brankar Dhyra.

Lihatlah gadis yang terbaring sambil menatap kesekitarnya dengan bingung. Banyak perasaan yang tidak bisa diutarakan. Banyak air mata yang dia tahan di balik matanya yang sayu.

"Abang..," lirih Dhyra memanggil sang kakak yang sedang melamun di dekatnya.

David menoleh dengan wajah pasrah, "Maaf ya. Dari kemaren aku cuma jadi beban buat abang." tutur Dhyra merasa bersalah.

"Gue ga selemah itu, Raa. " balas David dengan nada rendahnya. Kemudian dia berpaling dari Dhyra. Takut ketahuan air matanya jatuh.

David tidak sengaja mengarahkan pandangannya pada Ferry. Lelaki yang menjadi temannya membenahi posisi duduknya jadi lebih tegak.

Tiba-tiba saja Ferry nyeletuk, "Ngurus satu cewek lucu bukan masalah besar buat David. Lo gatau sih, selama ini dia ngurusin apaan." katanya memecah kesunyian.

Dhyra tampak terkekeh kecil sambil menjaga corong oksigen yang menyekap hidungnya. "Kak Ferry bisa aja." timpalnya.

"Mending lo istirahat, daripada mikirin gituan." titah David dengan datar. David juga menghindar dari pembahasan Ferry yang menyangkut masa lalu.

Dhyra pun tersenyum dan menoleh ke arahnya. "Oke deh. Abang jangan tinggalin aku, ya!" sahutnya menurut.

"Iya, gue disini. " balas David. Sambil senyuman tipis ikut mengembang di wajah.

Telapak tangannya yang hangat, memberikan belaian hangat. Dari keningnya, turun menyusuri hingga ke pipinya. Sambil dia sedikit membayangkan, apa yang sedang Dhyra rasakan sekarang.

"Night abang! " ujarnya berpamit untuk tidur. David tersenyum dan mengangguk, "Good night."

Dan untuk kesekian kalinya, Dhyra memejamkan matanya. Glek! David menelan ludahnya dengan susah. Dhyra yang terpejam, membuat David teringat saat pertama dia menemukan Dhyra di rumah sakit.

Membayangkan saat Dhyra masuk ruang gawat darurat, selalu berhasil membuat David dibanjiri air mata. Ferry beranjak mendekat, tangannya mendarat pelan di bahu David. Lalu memberikan tepukan akrab yang menguatkan.

Sama seperti Dhyra yang di kerumuni oleh orang terdekatnya, Raga pun ditemani oleh Chichii, Raffa dan Abbi. Sebenarnya, Raga siuman lebih cepat dari Dhyra.

"Gaa! Lo kenapa dah?" tuntut Chichii bertanya dengan penuh penekanan.

Rafa menjawab mewakili Raga, "Kena musibah." katanya. Bukan ingin menyembunyikan kejadian itu, namun Raga memang tidak suka bercerita.

Abbi tampak menggeleng. "Chichii, Chichii, dasar! Orang kena bencana malah dimarahin. " cetusnya sambil sedikit tertawa.

"Gue panik. Gue takut lo kenapa-napa. " timpal Chichii. Arah matanya masih menuju pada Raga yang baru tersadar beberapa menit lalu.

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang