🌷🌷🌷
Sambil melangkah pergi dari mimbar dan bergabung dengan murid lainnya. Ternyata tidak, dia hanya lewat dan menembus barisan, guna menuju tangga yang akan membawanya ke kelas.
"Bubar, bubar!" ucap Raffa mendukung Raga. Seketika ramai seluruh siswa berbicara.
Sekali lagi Raga mengumandangkan, "Buat apa upacara? Menghargai pahlawan? Buat apa menghargai pahlawan kalau orang tua aja di jadikan guyonan."
Pak Nurul tertunduk malu. Raga benar, meski cara penyampaiannya terbilang memalukan dirinya.
Grace menyeru, "Dhyra!" sambil langkahnya mendekat. Di susul oleh Ela, dan Ratu. Sementara Dhyra masih terdiam mematung disana. Di anak tangga pertama.
Sebelum benar-benar kembali ke kelas, Raga mendelik ke arah Dhyra. Sejujurnya, Raga tidak tahu-menahu tentang orangtuanya Dhyra. Dhyra juga tahu, kalau dia, Raga, tidak tahu-menahu tentang orangtuanya.
"Apa dia itu beneran Sagha? " batinnya. Endingnya kesitu lagi.
Dhyra membalas lirikan Raga padanya. Sampai akhirnya sentuhan Grace menyadarkan Dhyra dari lamunannya.
"Barengan, dong!" seru Ratu mencoba menghiburnya.
Sementara itu, Farel di sisi lain, di ujung lapangan, tercengang masih mengamati Raga. Ucapannya, tindakannya, seolah hatinya berucap, "Tumben tu anak bener??" dalam hatinya bertanya.
Selangkah lagi menuju kelas, Dhyra dan trio Angel di hentikan oleh Bunga yang mencegat jalannya. Bunga kemudian menyapa dengan akrab, "Dhyraaaa! Haii!" katanya ramah.
Melihat orang itu, Dhyra merasa ketakutannya kembali lagi. "Lo?" cetus Dhyra. Melihat gadis itu menunjukkan batang hidungnya, Dhyra teringat akan kejadian waktu itu.
"Kenapa lo bawa gue ke tempat itu?? Lo sengaja bawa gue ke om Vano? Hah?!" gerutu Dhyra membentaknya dengan runtuian pertanyaan.
Bunga tampak terlihat senang nan ceria bahagiaria. "Wow! Gimana, gimana?" katanya dengan wajah sumringah.
"Oh iya, om Vano gimana? Lo kasih? Atau dia maksa sendiri pas lo ga sadar?"
"Ah, jangan-jangan??!ー"Plak! Suara nyaring terdengar dari tamparan yang Dhyra layangkan untuk Bunga. Grace, Ela dan Ratu yang ada di dekatnya merasa terkejut, sekaligus bingung harus bagaimana.
Terdengar suara Dhyra menyusul, "Jaga ya omongan lo!!" ujar Dhyra menegaskan.
Zidan mengisi jarak diantara mereka, perlahan membawa Bunga menjauh di belakang punggungnya. Bunga pun terdorpng mundur, bertamengkan Zidan yang berwajah sangar.
Dhyra mengangkat tangannya, melipatnya di dada. Lalu sambil mengangkat dagunya, Dhyra berkata, "Apa? Lo mau bales nampar gue? Ayo tampar!" ucapnya menantang.
Tanpa pikir panjang, Zidan memenuhi tantangan Dhyra. Plak! Satu lagi tamparan melayang. Kali ini lebih keras dari Dhyra. Rambut panjang Dhyra berjatuhan menutupi wajahnya. Dia yakin betul kalau pipinya saat ini pasti memerah.
"Jangan sembarangan nampar cewek gue!" kecam Zidan pada Dhyra. Sedangkan Bunga di belakangnya, memasang wajah melas seolah paling tersakiti.
Dhyra tertawa keras, sampai-sampai ramai orang-orang mengerumuni mereka. "Haha! Lo gatau apa yang udah dia lakuin. Dia bawa gue sama orang yang pengen ngerusak gue! Dia hampir bikin gue gila!" pekik Dhyra menyentak. Menyampaikan semua kekesalannya pada Bunga.
Tersangka menyaut dengan santainya, "Oh ya? Emang lo nya aja yang gampang di tipu!" timpalnya tak mau kalah.
Grace ikut join, "Bunga!" sentaknya kuat. "Udah pernah gue ingetin sama lo, jangan macem-macem sama Dhyra! " sambungnya memberi peringatan. Tampak Grace melempar tatapan sinis yang tajam pada Bunga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Us [TAMAT]
Genç KurguKetika kita kembali bertemu, tapi ternyata, itu bukan kamu. Mungkin memang aku yang gila. Beranggapan bahwa, banyaknya orang yang hadir dikehidupanku adalah kamu. ーDhyra Anantasya. Perpisahan tanpa pamit, yang tidak disengaja, telah memisahkan dua...