[1] Pulang 🌷

36 2 0
                                    

🌷🌷🌷

Bagaimana rasanya ketika hati ingin bertemu, bukan hanya karena rindu tapi rasa sayang yang menggelora kuat didada?

Bagaimana rasanya jika dipertemukan kembali dengan orang yang tak lagi sama? Itulah yang dirasakan oleh seorang Dhyra Anantasya begitu kembali bertemu dengan sesosok yang menempel kuat diingatannya. Tapi terasa asing jadinya, dengan nama yang berbeda, sikap yang berbeda dan atas hubungan yang berbeda pula.

🌷🌷🌷

Ditengah malam tenang, dalam sebuah ruang disuatu rumah berdinding krem terjadi perdebatan untuk kedua kalinya. Hal ini karena sang anak yang tak nyaman dengan Papa barunya dan seorang ibu yang ingin kedua anaknya menerima suami barunya.

Jauh dilubuk hati Dena—sang ibunda, ia ingin anaknya bisa bahagia dengan keluarga baru itu. Dena pernah sangat frustasi ketika tinggal sang suami. Dena tak ingin mereka mengalami hal yang sama sepertinya.

"Kenapa Mama gamau ngertiin kita? Kita ga bahagia disini.." ujar David, anak dari ibu yang bernama Dena dan abang dari seorang Dhyra, sedang meminta pengertian dari sang ibunda.

Keluarga kecil yang sedang terpecah belah ini, berkumpul diruang tengah setelah makan malam berakhir. Kedua anak muda yang ingin menyampaikan keluh kesahnya pada sang ibunda yang sudah sekurangnya 2 tahun menahan ketidak nyamanan ini.

"Oh ya? Itu karena kamu terlalu terikat sama bapa kamu yang udah mati," cetus Dena sengaja menjelekkan pandangannya terhadap sang mantan suami, agar anaknya berfikir demikian.

"Mama bisa kok nerima keluarga ini, kalian harus bisa ikhlas." jelas sang ibunda berusaha menenangkan kedua anaknya.

Perlahan Dhyra meneguk salivanya, menelan rasa takut dan canggung yang ada pada dirinya. Kemudian buka suara tentang pemdapatnya pada sang ibunda.

"Bukan ga ikhlas mah, tapi emang ga semudah itu untuk nerima orang baru.." Dhyra mencoba mengungkapkan perasaannya pada sang Bunda.

"Apalagi Om Vano..., jauh dari kata ayah yang baik." David menambahkan. Bahkan tangannya sampai terangkat menunjuk asal ke arah yang memungkinkan menggambarkan keberadaan Vano.

"Dhyra?? " sahut Dena bergumam menyebut namanya. Hatinya rasa tak percaya, Dhyra yang lugu juga merasa demikian. Entah rasa apa yang ada didalam hatinya, namun itu membuat kata hati Dhyra tak berpengaruh padanya.

"Cukup! Sejak kapan kamu berani ngebantah, Dhyra? Pasti Abang kamu ini kan yang ngajarin kamu? " seru Sang Ibunda yang agak terpukul mendengar respon Dhyra.

"Dhyra gatahan lagi, Mah.. " jawab Dhyra, tak ingin sang Abang disalahkan sekaligus mengatakan apa yang dia rasa.

"Kalau mama bahagia disini, yaudah. Selamat berbahagia!" kata David pelan namun penuh penekanan.
"—dan selamat tinggal..." lanjut David, membuat hati sang Ibunda tergores hingga tak mampu berkata-kata lagi.

"Hey! David! Dhyra! " ujar Dena menyeru. Namun kedua anaknya tak menggubrisnya.
"Kalian mau kemana? " tanya sang Mama berharap bisa menghentikan anaknya.

"Dimanapun itu, yang jelas ga disini." jawab David seraya menarik tangan adiknya tercinta.

"Kalau bukan disini, kalian mau tinggal dimana? Mama gamau kamu jadi gelandangan, Dav.. mama sayang sama kalian!" jelas sang Mama yang masih berusaha menghentikan putra putrinya.

Bukannya tak sayang, hanya saja kebahagiaan dalam hubungan pernikahan diantara dia dan suami barunya juga penting, pikirnya.

"Tapi ga sebesar mama sayang om Vano..," cetus David membalas. Dengan kalimat yang lagi-lagi membuat sang Mama tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang