[54] Tamu🌷

6 1 0
                                    

🌷🌷🌷

Brugh!

David memukul nakas dengan keras. Memberikan sentakan yang menampar keras. Langkahnya terangkat bangun dari sofa yang dia duduki bersama Ferry.

"Gue gatau lo siapa. Tapi tolong keluar! Gak usah dateng cuma buat nambah beban pikiran Dhyra doang. " titah David menyentak Chyla.

David menambahkan dengan tatapan yang menusuk tajam, "Lo ga liat dia lagi sakit? Ga punya otak minimal punya hati!" kasarnya.

Deretan kata yang kekuar dari nukut David terdengar nyelekit dan menusuk hati Chyla. Namun gadis itu masih bisa memasang wajah garang nan arogan.

"Oke. Gue keluar. Jagain cewek lo, ga usah caper sama cowok gue!" balas Chyla datar. Dengan senyuman miring seolah takkan pernah gentar.

Lalu langkahnya terangkat mengarah keluar dari ruangan itu. Rupanya Bunga sudah menunggu di luar, menanti saat-saat Chyla keluar.

Ketika mereka berpapasan, Bunga memasang senyuman miring. Yang kemudia berbalas dengan tatapan sinis dari Chyla.

"Dhyraaa!" rengek Bunga masuk beberapa menit setelah Chyla keluar.

Dengan polosnya Bunga berlari masuk ke dalam, mendekat pada Dhyra. "Gimana keadaan lo??" tanya Bunga dengan rusuh.

Dhyra bahkan enggan untuk menjawab pertanyaan dari orang itu. Semua rekaman pengakuan Bunga, terputar kembali di benaknya.

Reflek Dhyra mengernyit geli kala Bunga merengek berkata, "Gue udah sadar sekarang. Maafin yaa, kita ini saudara. Anggap aja kita kembar."

"Dih? Najis. " timpal Dhyra sambil menahan tawa.

Di sisi lain brankar, Grace berbisik cukup keras pada tema di sebelahnya. "Ela tolong, ya! Biasakan menutup pintu setelah masuk ke tempat manapun." katanya mengingatkan.

Ela memejamkan matanya kuat, dia mengakui kalau Ela mengabaikan untuk menutup pintu. "M-maaf cuy. Pintunya berat." sahutnya merasa tidak enak.

David mulai merasa risih, dia tidak ingin lagi ada serangga yang mengganggu istirahat adiknya. Dengan memendam kesalnya, David melangkahkan kaki mendekat pada Bunga.

"Sini lo!" ujarnya menarik paksa tangan Bunga. Bunga meringis kesakitan, "Aduh, duh, duh! Sakit, Daviiid!" rengeknya.

Memang kesannya Bunga seperti tersiksa, tapi nyatanya Bunga menikmatinya. Dia senang bisa berinteraksi dnegan David. Unthk pertama kalinya, David menggandeng tangannya. Yah, walau sambil di tarik paksa.

David melepaskannya setelah mereka keluar dari ruangan. "Mending lo pulang!" ketus David mengusirnya.

"Emangnya gue gaboleh nemuin Dhyra?" timpal Bunga merengek manja. David memutar bola matanya malas.

Kemudian dia menjawab kasar, "Ga." singkatnya.

"Y-yaudah ni, oleh-olehnya. Gue pulang ya. Makasih," pamit Bunga sambil menyodorkan kresek yang membungkus sesuatu dalam kotak.

David menerimanya dengan terpaksa. "Dah sana!" titahnya kemudian.

"Erghh! Daviddd, gemesin banget sih?!!!" batin Bunga sambil mesem senyum-senyum sendiri. Gadis itu tersenyum sepanjang jalan menyusuri rumah sakit. Sepertinya dia sudah tergila-gila pada David.

Sementara itu, di dalam ruangan Dhyra, Lavender pintu nomor dua, Ratu teringat menyampaikan pesan dari seseorang.

"Oh iya, Dhyr! Alka katanya titip salam." ujar Ratu menyampaikan.

Dhyra terkejut dengan seseorang yang Ratu sebutkan, "Alka? Haha, dia itu humble banget ya." katanya sambil sedikit tertawa.

Mengesampingkan Alka, Ela malah salah fokus dengan ucapan Bunga barusan. Dia jadi teringin untuk bertanya.

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang