[29] Keluarga🌷

3 1 0
                                    

🌷🌷🌷

Di sore yang indah, cerah, bekas hujan. Tercium harum aroma dedaunan basah di pinggir jalan. Rangkaian tumbuh-tumbuhan hijau di taman kota yang basah bekas hujan.

Di samping taman kota yang basah itu, ada bangunan berupa swalayan yang sedang ramai. Dhyra tergabung menjadi salah satu dari pengunjung. Berjalan santai menyusuri etalase rak berisi ciki-ciki makanan ringan.

Dhyra terlalu fokus memandangi deretan ciki-ciki di rak. Sehingga tidak menyadari kedatangan Bunga dengan tatapannya yang terlihat ingin bermain. Dhyra segera menoleh saat orang itu memasukkan banyak sekali ciki-cikian ke troli belanjaan milik Dhyra.

"Eh, eh, eh! Stop!" ujar Dhyra meminta. Namun, ucapan itu seolah tak di gubris olehnya. Bagaikan angin lalu semata, Bunga terus melakukan hal yang ingin dia lakukan.

Dhyra sampai harus menahan Bunga langsung dengan tangannya. "Bunga! " sentaknya.

Kemudian gadis itu menoleh, dan menaikkan alisnya seolah bertanya.

"Tolong, ya! Gak usah cari masalah sama gue..., setidaknya ini di luar sekolah, loh!" tegas Dhyra meminta.

Bunga tersenyum sambil berkacak pinggang. "Yaa, kapan lagi, kan?? Ketemu sama lo di luar sekolah, Hehe." sahut Bunga.

Kemudian Bunga berpamit karena mengingat waktu, "Gue duluan ya, byebye! Bonyok gue nungguin.." katanya.

Dhyra terdiam tidak peduli. Sebab ia sudah tau akan kemana ucapan itu mengarah.

"Lo kan ga punya keluargaー ups!" tambah Bunga meledeknya.

Dhyra memekik kesal, "Ergh! Sialan lo!!!"

Tidak peduli dengan pasang sorot mata yang mulai terarah kepadanya. Rasa kesalnya pada Bunga kian membesar, merusak suasana hatinya. Namun Dhyra tetap berusaha tenang, hembusan nafas lembut mengalir damai dari dan ke hidungnya.

Perlahan, dengan tenang, sambil menenangkan dirinya, Dhyra merapikan kembali ciki-ciki itu ke raknya. Yah, karena ulah Bunga, dia yang harus menanggungnya.

Entah kenapa, dia jadi teringat Raga. Keluarga kecil bersama Raga dan anaknya yang selusin. Apa tetap keluarga kecil namanya? Lihatlah gadis itu malah tersenyum sendiri membayangkan hal itu.

Tiba-tiba dalam hatinya menolak, "Itu Raga, bukan Saghaaaa, Dhyraaa!" seolah suara itu berteriak keras.

"Emangnya kenapa kalau bukan Sagha??" sahut Dhyra bertanya dengan jailnya. Dan lagi, seolah hatinya menjawab dengan sewot, "Berarti gue menduaa, dong?!"

Gadis itu tersipu sendiri, hingga tidak menyadari ada orang di belakangnya. Orang itu hendak lewat kedepan, namun Dhyra menghalangi.

"Ekhem! Mbak??" sapa orang itu dengan pelan. Pria berkaos hitam yang entah namanya siapa.

"Mbak??" sapanya lebih keras. Namun Dhyra masih tak kunjung menoleh atau bahkan menyaut. Pok! Pok! Orang itu menepuk pelan pundak Dhyra.

Dhyra tertegak karena kaget, "M-maaf kak!!" ujarnya lalu lari terbirit-birit mendorong trolinya.

Pria itu bingung. Melihat Dhyra lari ketakutan seperti habis melihat hantu. "Uangnya jatoh. Rezeki kali, ya. Lumayan." gumamnya memungut selembar uang dekat Dhyra tadi berdiri.

Sementara itu, Bunga tampak melangkah keluar dari swalayan itu bersama tiga orang di sampingnya. Supir yang sekaligus menjadi asisten, ayah, dan ibu nya. Sang supir tampak degan tas-tas belanjaan, lain dengan Bunga dan kedua orangtuanya yang berjalan dengan tangan kosong.

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang