[21] Canggung🌷

7 1 0
                                    

🌷🌷🌷

Bruuummm! Deruman motor terdengar nyaring sendirian di atas jalan raya dari perumahan Gandaria blok C. Pengendaranya adalah Zidan, dengan Bunga di boncengannya.

Terlihat Bunga melingkarkan tangannya di dada bidang Zidan. "Ayangg, aku berhasil. Makasii yaa. Daddy kasih gue kartu kreditnya. Sekarang kita bebas mau ngapain aja." ucapnya manja penuh bahagia.

Zidan tersenyum senang, "Gue sayang lo, Bungaaa. " sahut Zidan sambil sedikit menoleh pada sang kekasih.

Bunga beranjak sedikit mengendurkan lingkar tangannya. "Sesayang apa lo sama gue, ay?" tanya Bunga menjadi-jadi. Menunjukkan sisi egoisnya pada sang kekasih.

"Lebih dari gue sayang siapapun, termasuk diri gue sendiri." jawab Zidan dengan spontan.

Terdengar Bunga menyeringai tawa, "Kalau harus khianatin Raga, lo sanggup?" celetuk Bunga bertanya.

Deg!

Zidan mana mampu melakukannya, bagaimana pun, Raga paling di takuti oleh anak-anak LION. Tak terkecuali Zidan. Untuk menantang apalagi melawannya, dia tidak akan berani.

"Abisnya, dia sering ngata-ngatain kita kalo lagi bucin. Padahalkan, gue cuma pengen manja sama ayang guee." sambung Bunga beralasan.

Menambahkan bumbu, agar Zidan sedikit terpancing emosi dan menyulut keberanian Zidan atas Raga. Padahal ya, Bunga aja yang berniat lain pada mereka.

●●●

Sementara itu, di dalam salah satu rumah di perumahan Gandaria blok C, Dhyra terlentang tak sadarkan diri di atas kasur serba putih. Di dekatnya ada seorang pria yang tampak merasa senang.

Perlahan, pria itu duduk di tepi ranjang. Sambil memandangi tubuh Dhyra dari atas kepala sampai ujung kaki. Pria itu masih belum menyentuhnya, baru mengangkat gadis itu, memindahkannya ke kasur.

"Baby Dhyra Anantasya..., gue ga tertarik sama Bunda lo. Gue lebih tertarik sama lo. Masih seger, mwehehe" gumamnya mengaku, di depan Dhyra yang tak sadarkan diri.

Sebentar, lelaki itu melepas topeng yang menutupi matanya. Entah kapan sepotong benda berwarna hitam itu menempel disana. Dia adalah Vano Khoehlerirkmawan, suami barunya Dena, dan ayah tiri Dhyra serta David.

Drrrrt.... Drrrrt..... panggilan masuk dari Dena muncul di layar notifikasinya. Berpikir cukup lama sebelum menerima atau menolak panggilan itu.

"Ckk, pake telepon segala."  gumam Vano memandang remeh nama Dena di layar ponselnya.

Dua kali di tolak, Dena terus melakukan panggilan masuk. "Halo sayang?" sapa Vano terpaksa menerima panggilan itu.

Sedikit berakting, dan bersikap ramah dalam kepura-puraan. Entah apa yang Dena katakan pada suami barunya itu. Hingga lelaki itu menyaut, "Nanti ya, aku masih ada meeting, sayang." tutur Vano pada Dena. Memberikan alasan palsu.

Dhyra melenguh, "Hmmmh~" desahnya sembari bangun dari ketidaksadarannya.

Dena tercengang, mendengar suara gadis melenguh dari balik ponselnya. Namun Vano segera menutup panggilan.

Sementara di ujung kasur sana, Dhyra tampak tercengang melihat  pria yang ada di depan matanya. Matanya terbelalak, tubuhnya gemetaran, nafasnya bergemuruh, Dhyra tidak suka dengan orang itu.

"Om Vano??!" ujarnya memekik cukup keras.

Vano melempar ponselnya asal ke kasur. Lalu pria itu menjatuhkan dirinya ke kasur, hendak mendekat pada Dhyra. "Kamu kecepetan sayang bangunnya. Ayo tidur lagi, masih gelap noh langitnya." ucapnya dengan pemanis.

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang