[72] Dejavu 2🌷

4 1 0
                                    

🌷🌷🌷

Pagi-pagi buta, Raga menggerakkan tubuhnya jogging di sekitaran teras hingga ke depan pagar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi buta, Raga menggerakkan tubuhnya jogging di sekitaran teras hingga ke depan pagar. Bolak-balik sendirian, sementara Dhyra dan Bunda Dila pergi ke pasar untuk belanja.

Tampak ibu-ibu yang lewat dengan dasternya. Sambil menenteng belanjaan sayur mayur dan macem bahan masakan di plastik.

Dari sejak kejauhan, sampai tiba ke hadapan, satu diantara mereka menyorot Raga sengit dengan matanya."Den Aga?" sapanya sambil tersenyum bimbang.

"Pagi bu..," sapa Raga ramah sambil mengangguk singkat. Takutnya menjelekkan nama Dila kalau dia bersikap sembarangan.

Tap! Tap! Emak-emak itu menoel dan mencolek-colek wajah Raga. Sesekali mampir mencubit pipi dan hidung mancungnya. Raga reflek mundur setelah dia memberi jeda.

"I-ini teh bukan hantu?" celetuk Ibu itu dengan logat sunda nya yang kentara.

Raga memiringkan kepalanya, sambil menaikkan alisnya. "Hantu gimana maksudnya bu?" tanya Raga membalas.

Ibu yang bernama Mae itu kembali bertanya, "Kamu teh Sagha?" katanya.

"Bukan, saya Raga." balas Raga datar. Mulai menegaskan kalimatnya.

"Oh, maap. Kirain teh Sagha." balas Ibu Mae sambil tersenyum ramah.

"Soalnya kan dia teh berbulan-bulan lalu ilang di London. Sampe dinyatakan meninggal." Eta Bu Mae meni capetang carita. "Tiba-tiba weh saya liat kamu. Kirain Sagha gentayangan. Taunya Raga. Kamu ngapain disini?"

Bu Mae berkata banyak hal. Bahkan beberapa diantaranya tidak Raga ketahui.

"Saya sodaranya, bu. Lagi nginep." balas Raga menjawab pertanyaan di akhir ceritanya.

Bu Mae nyengir. "Ohhh, mirip pisan atuh. Jadi saru. Maap yah." ucapnya sambil mengangguk lalu melenggang pergi.

"Ya, bu, mari." sahut Raga. Mencoba ramah, tapi dirinya tidak terbiasa. Jadi tetap saja terbesit kesan arogan di wajahnya.

Raga masih berlari di tempatnya. Sementara pikirannya berkelana, mengelilingi ucapan Ibu Mae. Berjalan mulai melambat memasuki gerbang. Brugh! Raga jatuh tak sadarkan diri. Di dekat gerbang rumah Dila.

Dhyra dan Dila sepulang dari pasar menemukan lelaki tampan itu terkapar di depan gerbang. Dengan kaos simple dan celana pendek bekas jogging. Mereka menepuk jidat sebagai reaksi.

Raga membuka matanya, dia mendapati dirinya terbaring di atas kasur sederhana. Di dalam suatu ruangan yang entah dimana. Raga mengedarkan pandangan. Tidak ada seorangpun di sekitarnya.

Lama-lama, ruangan itu terasa panas. Raga membuka kaosnya dan melemparnya asal. Tidak tahu diri! Sudah di kasih pinjam malah di buang begitu saja. Hfft, untung Raga.

"Udah bangun?" sapa Dhyra masuk ke dalam ruangan. Dia menemukan Raga yang linglung.

Lelaki itu sontak beranjak duduk menyambut Dhyra. Tidak peduli dengan penampilannya yang bertelanjang dada. Senyuman yang merekah di wajah Raga, malah berbalas dengan amarah.

Memories Of Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang