🌷🌷🌷
"Dhy-ra! " panggil Bunga mendekat pada Dhyra dan Grace juga Ratuu.
"Kabur cuy ada mak lampir! " ujar Ela mendekat dan menarik mereka pergi dari sana. Bunga betul-betul ditinggal sendirian ditempat itu. Menyebalkan bukan?
"Cihh!" desis Bunga jengkel.
"Lo jauh-jauh dari Bunga.. Gue denger dia psikopat!" ucap Grace sesampainya mereka dikantin. Entah darimana dia mendengar berita itu.
Jamkos adalah kegiatan selanjutnya dalam 2 jam pelajaran kedepan. Kelas XI-A 3 memilih menghabiskan waktu mereka dikantin. Kelas mereka benar-benar membosankan, ditambah lagi AC nya yang rusak membuat suasana semakin runyam.
Ditengah ketidaknyamanan ini, ada seorang cowok yang nampaknya tidak asing. Dia datang membawa setumpuk kertas putih. Cowok itu adalah Raga, Pak Yuadi menyuruhnya mengantarkan lembaran surat surat itu pada sekretaris XI-A 3.
Karena hari ini kedua siswi yang menjabat sebagai sekretaris tidak hadir, Bu Fita meminta Dhyra menggantikannya sementara. Tentu saja keputusan itu sampai ditelinga Raga.
"Lo sekretaris? " seru Raga menghampiri Dhyra yang sedang duduk dibangkunya.
"Bagiin! " lanjutnya seraya melemparkan setumpuk surat edaran dengan kasar ke meja.Melihat cara Raga memberikannya, Dhyra benar-benar malas meladeninya. Dhyra hanya terdiam memandangi surat edaran apa yang Raga bawa.
"Besok kumpulin lagi ke gue!" tegasnya menyela pandangan Dhyra. Dhyra mengangguk datar.
"Bisu lo? " ujar Raga beberapa detik kemudian.
"Ga mau salah ngomong lagi." jawab Dhyra asal. Mendengar itu, Raga sedikit mempertimbangkan jawaban Dhyra.
"Terus terang gue benci nama itu,"
"Jangan diulang lagi!"
Sahut Raga berterus terang dengan pandangan yang fokus tertuju pada Dhyra, dan dengan sedikit harapan Dhyra juga akan menatap matanya."Maaf," sahut Dhyra dingin, didalam hatinya Dhyra sedikit terluka mendengar Raga bilang kalau dia membenci nama itu.
Dhyra terus menundukkan pandangannya, tak ingin menatap Raga. Karena takut harapan itu muncul lagi. Lagian mirip banget!
"Sok banget si lo? " lanjut Raga seraya duduk di kursi sebelah Dhyra.
"Kenapa? " sahut Dhyra bertanya.
"Kalo ngomong tu liat orangnya, ga diajarin tatakrama sama orangtua lo? " jawab Raga memancing Dhyra agak menoleh ke arahnya.
"Tau apa lo tentang tatakrama? " sahut Dhyra menantang Raga. Tiba-tiba saja nada bicaranya naik, egonya ikut meninggi menyamakan posisi dengan Raga.
"Lo pikir lo lebih tau? " jawab Raga makin menantang.
"Ga juga. Tapi kalo lo tau.., lo ga akan ngelakuin itu dimini market!" jawab Dhyra penuh penekanan.
"Jadi itu lo?" kata Raga bertanya, seraya menaikkan sebelah alisnya. Melihat wajah setampan itu, menunjukkan respon yang menjengkelkan, Dhyra merasa miris.
"Yakali emak gue, gajelas lo!" jawab Dhyra kesal, Dhyra berharap Raga cepat pergi dari sini.
"Yang belanja kan emang emak-emak," cetus Raga mengejek Dhyra.
Seketika Dhyra menoleh ke arahnya karena kesal. Raga sedikit tersenyum melihat Dhyra menoleh ke arahnya. Rencananya berhasil, entah untuk apa tapi Raga memang suka bermain dengan sesuatu yang dia pikir menarik.
"Oh gitu ya? Mak Raga? " ujar Dhyra sewot.
"Hah? " sahut Raga, tak faham.
"Lo sendiri ga ngaca? Lo kesana belanja, bambang! " ujar Dhyra membalikkan pernyataan yang Raga ajukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/359006548-288-k582297.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Us [TAMAT]
Teen FictionKetika kita kembali bertemu, tapi ternyata, itu bukan kamu. Mungkin memang aku yang gila. Beranggapan bahwa, banyaknya orang yang hadir dikehidupanku adalah kamu. ーDhyra Anantasya. Perpisahan tanpa pamit, yang tidak disengaja, telah memisahkan dua...