Fazwan POV
Rasa kangen rupanya membuat kami berada di titik ini. Saling menuangkan rindu satu sama lain dengan pelukan. Nisrina tidak pernah melepaskan pelukan begitu melihat gue kembali. Bahkan tanpa gue duga di bandara tadi, Nisrina seolah nggak tahan buat kecup bibir gue. Nggak berhenti di kecupan, dia melanjutkan di mobil, dengan ciuman yang agak lama dan lebih intens. Dia beneran nekat. Udah nggak malu mengungkapkannya sekarang. Ini yang gue mau dari Nisrina. Lebih ekspresif.
Sejak apa yang Nisrina lakukan saat itu. Gue juga mulai berani buat menggodanya. Menarik Nisrina diam-diam dalam pelukan gue. Mengecupi puncak kepalanya kalau lagi kerja di rumah. Sampai melayangkan senyum menggoda. Hubungan kami jauh lebih baik sekarang. Tahu gitu gue sering-sering ke luar kota. Biar sering dimanja gini.
Akhir-akhir ini, entah kenapa Nisrina udah jarang pergi ke kantor. Kayaknya pekerjaannya juga nggak banyak. Cuman nyiapin naskah doang. Karena gue lihat, dia cuman sibuk buka laptop dan corat-coret novel. Di meja kerjanya cukup banyak kertas yang anti banget gue sentuh. Dia bisa ngamuk kalau gue sentuh meskipun cuma seujung kuku.
Diam-diam gue kembali curi kesempatan buat nyium dia. Cuma menempelkan bibir, belum ada gerakan lebih. Sampai nempelin bibir doang nggak lagi cukup. Gue nyium dia beneran. Menjelajahi bagian bibir bawahnya, sama memberikan bekas kecupan di sekitar rahangnya. Bagian paling lembut yang pernah gue jamah. Bikin gue ketagihan.
"Lagi kangen banget sama aku ya sampai mutusin buat work from home?" tanya gue sambil bertumpang dagu menatapnya dari samping. Cantik banget. Gue nggak salah milih istri yang selalu kelihatan cantik setiap saat meskipun nggak lagi keluar.
"GR kamu," jawabnya dengan senyum yang masih lebar. Kali ini gue hanya bisa salah tingkah.
Munafik banget Nisrina. Gue tuh tahu apa yang ada di pikiran Nisrina. Dia tuh gila banget kerja. Pekerjaan yang sekarang adalah passion-nya. Nggak mungkin kalau dia tiba-tiba milih work from home kalau bukan karena tujuan lain. Apalagi waktu gue libur. Jatah libur setelah workshop. Udah kayak nemenin gue aja. Meskipun nyatanya gue tetap nggak berani buat ganggu dia di ruang kerjanya sendiri.
"Mau aku masakin sesuatu nggak?" tanya gue menawarkan. Gue lihat Nisrina malah senyum lalu menggeleng dengan sangat yakin.
"Mau unitnya kebakar? Ya nggak papa sih. Nanti kamu malah ganti rugi punya orang juga. Emangnya bisa?" sindir Nisrina habis-habisan. "Udah ah Mas, aku mau ngelanjutin kerja dulu. Mas pesen makan aja di bawah kalau emang lagi laper banget. Aku nanti aja kalau kerjaanku selesai."
"Yang?"
Nisrina menoleh sebelum melanjutkan langkahnya meninggalkan pantry. Aku mengikutinya dari belakang. Memeluk Nisrina dari belakang, kesempatan buat tangan gue bermain di perutnya. Kebetulan Nisrina cuman pake kaos. "Apa?"
Gue berdeham. "Mau Mas orderin makan nggak di bawah?"
Dia menolak. "Nggak usah kamu aja."
"Nanti laper," kata gue. Gue nggak bisa membiarkan Nisrina kelaperan. Di kantor aja dia masih sempat makan siang. Masa' di rumah sama gue, dia lupa makan. Kan nggak asik. Gue nggak mau dikata suami tidak becus. Ya meskipun uang makannya tetep pake uang Nisrina. "Biar aku orderin."
Nisrina akhirnya hanya pasrah. Sementara gue masih berdiri di depannya. Dengan wajah berharap Nisrina memberikan uang ke gue. "Apalagi?"
"Uang."
Nisrina mendengus cukup panjang, setelah mendengar jawaban gue. "Pake QRIS aja." Menunjuk ponselnya.
"Makasih, sayang."
Gue buru-buru pergi ke lantai bawah. Buat beli makanan. Order bisa sih langsung dari chat, tapi gue lebih suka beli langsung. Bisa nambah macam-macam lauk tanpa ribet. Kalau pesan lewat chat biasanya ada aja yang kurang. Beda sama Nisrina yang lebih suka chat dibandingkan beli langsung, dan herannya Nisrina seperti nggak ada masalah kalau ada lauk yang ketinggalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandatory Love [Lengkap]
Chick-Lit21+ "Sometimes going home is not an option, but a mandatory." ~ Nisrina Chandrakanta Fazwan Ganendra ~ "Berhenti mencintaimu bukan suatu hal yang aku bayangkan." Ammar Zayn ~ "Cintaku mungkin salah, tapi rasanya tidak akan semudah itu meninggalkan s...